Home » Archives for August 2017
Rahasia Dari Heian/Pinan
Hal yang sama dapat pula terlihat dari nama Kata atau jurus dalam karate. Seperti yang kita ketahui bahwa nama kata dalam karate diubah
oleh Gichin Funakoshi saat dipromosikan ke pulau utama jepang untuk menghilangkan hal yang terdengar agak ke"cina"an (Karena pada saat itu nasionalisme jepang sedang digaungkan).
Kemudian oleh seorang murid senior Funakoshi yang bernama Hironori Ohtsuka (yang dikemudian hari menciptakan aliran karate sendiri yang
bernama Wado-ryu) mengembalikan nama kata sesuai dengan aslinya pada aliran yang dia ajarkan.
Pada artikel ini akan mengangkat nama dari kata Pinan / Heian (nama pinan dipakai pada wado-ryu, shorin-ryu, dan okinawan karate. Sedangkan heian dipakai oleh shotokan). Sebelum mengetahui arti dari nama kata tersebut baiknya kita tahu dulu siapa yang membentuk kata pinan ini dan alasannya.
Anko Itosu adalah seorang ahli seni beladiri yang mendapat pengajaran langsung dari Bushi Matsumura Sokon. Dari Anko Itosu juga menurunkan
murid yang menjadi ahli seni beladiri yang berpengaruh besar terhadap penyebaran karate seperti Gichin Funakoshi, Kenwa Mabuni, Choki Motobu, dan lainnya.
Itosu adalah orang yang bertanggung jawab mengeluarkan karate dari "tempat persembunyiannya" yaitu dengan cara memasukkan karate menjadi
materi pembelajaran wajib di sekolah.
Mengingat teknik karate sangat berbahaya, maka beliau menciptakan lima buah kata sebagai "pijakan" untuk mempelajari kata yang lebih tinggi.
Lima buah kata ini (pinan/heian) diambil dari potongan dari kata kushanku dan channan dengan "menyembunyikan" teknik mematikannya.
Secara kasat mata kelima kata pinan/heian ini tidak terlihat ada teknik yang mematikan dan hanya sekedar latihan fisik pukul, tendang, dan
tangkis. Namun bila ditelaah dengan bunkainya maka teknik yang sederhana tersebut tersembunyi rahasia that can save your ass from the street fight.
Sejurus dengan bunkainya, makna kata pinan/heian yang selama ini kita tahu memiliki arti "perdamaian" atau "ketenangan" ternyata memiliki arti
yang jauh berbeda. Seperti yang kita ketahui karate mendapat pengaruh yang besar dari negeri tiongkok termasuk penamaan kata.
Bila kita sinkronkan kanji jepang untuk pinan/heian maka pada bahasa mandarin akan dilafalkan "ping'an", kurang lebih memiliki arti "tetap
aman" atau "terlindungi dari marabahaya".
Wow!
Anko Itosu benar benar jenius membungkus makna dan teknik pada kata pinan/heian. Sehingga kata ini tidak hanya bisa dipraktekkan oleh anak
sekolah namun bisa menjadi senjata bagi orang dewasa (bila dipelajari secara mendalam).
Yep, That’s the secret of Heian/Pinan.
Inkai Ranting Karate Amboy
August 18, 2017
CB Blogger
Indonesia
Kata Heian
Mengapa Kata Dasar ini disebut Heian (pikiran yang damai) karena Kata tersebut menggambarkan periode antara 794 - 1192 di Jepang yang belum pernah ada peperangan sama sekali, jadi pada priode itu adalah masa yang paling damai di Jepang dibawah pemerintahan Dynasti Heian. Banyak senior2 para pemegang sabuk hitam ke atas yang melupakan latihan kata Heian, padahal latihan kata Dasar seperti Heian perlu kesempurnaan dan harus dilatih untuk seumur hidup.
Heian Shodan
Heian berarti “Fikiran penuh kedamaian”.Kata ini adalah kata pertama dari lima Kata tingkat dasar, yang diciptakan oleh Yasutsune Itosu ( salah satu guru Gichin Funakoshi).Meskipun tidak diketahu bagaimana Kata Heian ini diciptakan, tetapi banyak yang berpendapat bahwa Heian merupakan bagian dari Kata yang lebih tinggi tingkatannya yaitu Kata Kanku-Dai. Itosu menciptakan Kata Heian untuk memperkenalkan karate kedalam kurikulum sekolah untuk menghilangkan kesan tehnik yang berbahaya yang terdapat pada kata lanjutan. Heian Kata merupakan Kata Shorin, yang memperlihatkan kekuatan dan fleksibelitas gerakan.
Penting : Sikap kedepan dan Pukulan gerak maju . Memiliki 21 gerakan dengan waktu aplikasi 40 detik.
Heian Nidan
Heian Nidan kata kedua dari seri kata Heian merupakan kata yang sangat populer dikalangan pemula. Heian Nidan dibuka dengan tehnik Uke Heiwan yaitu blok ganda diikuti dengan pukulan. Pada tehnik ini seseorang melakukan lebih dari satu tehnik(tiga tehnik) pada posisi yang sama. Melakukan tiga teknik sekaligus dalam satu posisi adalah merupakan ciri dari gerakan beladiri Karate yang efisien. Tehnik Uke Heiwan terdiri dari : Pertama: seseorang menangkis ke arah kiri dari serangan pukulan, kedua: kemudian melakukan tangkisan lagi ke arah kanan masih pada tangan yang sama dibarengi dengan mematahkan sikut lawan dengan lengan satunya lagi, ketiga: membalas dengan pukulan.
Yang menarik dalam kata Heian Nidan pada gerakan terakhir melakukan serangan dengan Age uke yang notabene Age Uke adalah gerakan tangkisan yang dimamfaatkan untuk menyerang atau mematahkan tangan lawan kearah ketiak. Tehnik ini sesuai dengan falsafah Karate yaitu Rakka (bunga yang berguguran) yang artinya setiap teknik pertahanan itu perlu dilakukan dengan bertenaga dan mantap agar dengan menggunakan satu teknik pun sudah cukup untuk membela diri sehingga diumpamakan jika teknik itu dilakukan ke atas pokok, maka semua bunga dari pokok tersebut akan jatuh berguguran. Contohnya jika ada orang menyerang dengan menumbuk muka (atau bagian lainnya), si pengamal karate boleh menggunakan teknik menangkis atas (tengah/bawah). Sekiranya tangkisan atas itu cukup kuat dan mantap, ia boleh (dapat) mematahkan tangan (kaki) yang menumbuk itu. Dengan itu tidak perlu lagi membuat serangan susulan pun sudah cukup untuk membela diri."
Kata Heian Nidan berjumlah 26 gerakan, Kata ini kurang lebih akan memakan waktu sekitar 50-60 detik untuk melakukannya, dan lebih menuntut fisik, Kata Heian Nidan merupakan pendalaman materi kata dari Heian Shodan .
Heian Sandan
Heian Sandan adalah Kata ketiga dari kata seri Kata Heian, dimana pada Kata ini merupakan pengembangan dari Kata sebelumnya yaitu Heian Nidan. Pada Kata ini terdapat penggunaan kaki sebagai blok, penggunaan kuda2 Kiba Dachi dan penggunaan teknik baru seperti melakukan tangkisan tengah seperti orang yang bertolak pinggang kemudian membalasnya dengan pukulan uraken uchi. Teknik baru kedua adalah memukul kearah belakang jika musuh membelakangi kita. Pada penggunaan kuda2 kiba-Dachi ketika sesorang mengangkat kakinya mengandung arti (bunkai) bahwa gerakan tersebut bisa berfungsi sebagai injakan untuk merobohkan kuda2 lawan atau menangkis tendangan lawan. Kata ini memiliki 20 gerakan dengan waktu aplikasi 40 detik.
Heian Yondan
Dalam Kata ini terdapat penggabungan gerakan yang terlihat kontras antara gerakan yang tajam (cepat) dan lambat (bertenaga) dengan maksud untuk mengenalkan dan mengembangkan kontrol gerakan kepada para pemula agar mereka jangan selalu terburu-buru melakukan gerakan kata. Di Kata ini juga gerakan kaki atau tendangan lebih banyak dari kata sebelumnya dengan tujuan agar para pemula gerakan kakinya menjadi lebih berkembang dan terlatih. Ini membantu mereka dalam mengembangkan gerakan kaki mereka, dan kemampuan untuk melakukan sinkronisasi terhadap gerakan kaki dan lengan.
Kata ini memperkenalkan juiji-Uke, Shuto-uchi, kakewake-uke, dan hiza-Geri, dan kesempurnaan gerakan-gerakan baru ini sangat penting dalam studi lanjutan Anda dari sisa seri Heian. Memiliki 27 gerakan dengan waktu aplikasi 50 detik.
Heian Godan
Heian Godan adalah kata yang paling menarik secara visual diantara kata lainnya. Pada Kata ini Karateka tidak hanya mengembangkan kontras antara gerakan cepat (tajam) dan lambat saja tetapi juga harus terampil dalam melompat dengan cepat, seimbang dan efektif. Melalui keefektifan kata ini seorang karateka tidak hanya diajari piawai dan sempurna dalam mengerjakan kata sebelumnya tetapi dengan belajar kata ini seorang karateka dituntut untuk belajar menggabungkan keterampilan seperti transisi sikap.
Meskipun untuk siswa tingkat lanjutan gerakan dari kata ini cukup simple, boleh jadi bagi newbie gerakan seperti pergerakan berat dan keseimbangan dari kuda2 zenkutsu Dachi menjadi Kokotsu Dachi bisa sangat sulit. Melalui banyak pengulangan dalam latihan kata ini, seorang siswa akan belajar bagaimana menggunakan dan menghasilkan tenaga ke potensial maksimal.
Kata ini memperkenalkan banyak teknik seperti Manji-game-uke, dan teisho (meskipun banyak gaya tidak harus menggunakan teknik dengan cara ini) .Kata ini memiliki 23 gerakan dengan waktu aplikasi 50 detik.
Kata Tekki Shodan
Kata Tekki adalah kata dari seluruh kata yang paling komplek dan paling sulit diantara kata lain di aliran Shotokan. Seperti di ketahui bahwa Funakoshi telah menghabiskan waktu beberapa tahun untuk melatih kata ini. Oleh karena itu Funakoshi menempatkan kata ini sebagai hal yang paling penting dalam silabus pelajaran Karate Shotokan. Funakoshi menghabiskan tiga tahun belajar untuk masing2 kata Tekki. Kata Tekki adalah kata yang menggunakan dan memamfaatkan ruang gerak yang sempit dan terbatas sehingga kata ini lebih cenderung sulit untuk dikuasai dibandingkan kata2 lainnya. Awalnya bernama Naihanchi, Funakoshi mengubah namanya menjadi Tekki (satria menunggang kuda). Awalnya kata ini menggunakan kuda2 hachi Dachi dan ji Dachi lama kelamaan berubah memakai kuda2 Kibadachi.
Tekki Shodan pada awalnya berasal dari kata Shuri-te. Pada kata ini sering sekali memakai kuda2 yang rendah bahkan ada gerakan yang bertumpu pada satu kaki sehingga menuntut keseimbangan tubuh dan kekuatan kaki.Untuk melakukan kata ini dibutuhkan fisik yang kuat. Fungsi latihan pada kata ini adalah me ningkatkan kekuatan tubuh bagian bawah terutama lutut dan dengkul.
Pada Tekki shodan terlihat lebih sederhana bentuk jurusnya hal ini dikarenakan pada kata ini hanya menggunakan satu kuda2 yaitu Kibadachi saja. Hal ini sangat berbeda dengan kata Heian Yondan (ke 4) maupun Heian Godan (ke 5)yang menggunakan kuda2 Zenkutsu Dachi dan Kokotsu Dachi. Tapi bagi pemula, justru untuk mempraktekannya lebih sulit Tekki ketimbang Heian karena menuntut kekuatan pijakan/kuda2 rendah pada kaki, sehingga para pemula kemungkinan akan tergoda untuk meluruskan kaki2nya.
Hal itu dikarena melakukan praktek kuda2 Kiba Dachi mensyaratkan tekukan pada kedua kaki, yang berarti perlu energi 2x lipat untuk konsisten melakukannya. Dengan belajar Kata ini seorang Karateka dapat mengantisipasi serangan lawan dalam jarak dekat pada ruangan yang sempit, karena dalam kata tekki Shodan seolah-olah dibelakang tubuh sang karateka terdapat tembok sehingga karateka hanya bisa bergerak ke kiri dan kekanan. dalam kata itu juga terdapat hindaran terhadap sapuan kaki sehingga si karateka harus dengan cepat mengangkat kakinya tinggi-tinggi(hanya bertumpu dengan kaki satu)kemudian menyerangnya dengan satu tangan (uraken)sambil melakukan kuda2 kibadachi lagi.Keuntungan dari latihan tekki secara rajin adalah, seorang karateka akan terbiasa menghadapi lawan yang jaraknya sangat dekat. Disamping itu juga, latihan putaran pinggangnya dan ganti langkahnya menjadikan latihan tekki sebagai cara melatih tubuh untuk menjadi fleksibel berganti arah. Ini sangat menguntungkan jika yang dihadapi lebih dari satu orang. Diantara karakter-karakter utama tekki adalah putar tubuh dan ganti langkah tanpa memutar kaki.
Inkai Ranting Karate Amboy
August 13, 2017
CB Blogger
IndonesiaMengapa Kata Dasar ini disebut Heian (pikiran yang damai) karena Kata tersebut menggambarkan periode antara 794 - 1192 di Jepang yang belum pernah ada peperangan sama sekali, jadi pada priode itu adalah masa yang paling damai di Jepang dibawah pemerintahan Dynasti Heian. Banyak senior2 para pemegang sabuk hitam ke atas yang melupakan latihan kata Heian, padahal latihan kata Dasar seperti Heian perlu kesempurnaan dan harus dilatih untuk seumur hidup.
Heian Shodan
Heian berarti “Fikiran penuh kedamaian”.Kata ini adalah kata pertama dari lima Kata tingkat dasar, yang diciptakan oleh Yasutsune Itosu ( salah satu guru Gichin Funakoshi).Meskipun tidak diketahu bagaimana Kata Heian ini diciptakan, tetapi banyak yang berpendapat bahwa Heian merupakan bagian dari Kata yang lebih tinggi tingkatannya yaitu Kata Kanku-Dai. Itosu menciptakan Kata Heian untuk memperkenalkan karate kedalam kurikulum sekolah untuk menghilangkan kesan tehnik yang berbahaya yang terdapat pada kata lanjutan. Heian Kata merupakan Kata Shorin, yang memperlihatkan kekuatan dan fleksibelitas gerakan.
Penting : Sikap kedepan dan Pukulan gerak maju . Memiliki 21 gerakan dengan waktu aplikasi 40 detik.
Heian Nidan
Heian Nidan kata kedua dari seri kata Heian merupakan kata yang sangat populer dikalangan pemula. Heian Nidan dibuka dengan tehnik Uke Heiwan yaitu blok ganda diikuti dengan pukulan. Pada tehnik ini seseorang melakukan lebih dari satu tehnik(tiga tehnik) pada posisi yang sama. Melakukan tiga teknik sekaligus dalam satu posisi adalah merupakan ciri dari gerakan beladiri Karate yang efisien. Tehnik Uke Heiwan terdiri dari : Pertama: seseorang menangkis ke arah kiri dari serangan pukulan, kedua: kemudian melakukan tangkisan lagi ke arah kanan masih pada tangan yang sama dibarengi dengan mematahkan sikut lawan dengan lengan satunya lagi, ketiga: membalas dengan pukulan.
Yang menarik dalam kata Heian Nidan pada gerakan terakhir melakukan serangan dengan Age uke yang notabene Age Uke adalah gerakan tangkisan yang dimamfaatkan untuk menyerang atau mematahkan tangan lawan kearah ketiak. Tehnik ini sesuai dengan falsafah Karate yaitu Rakka (bunga yang berguguran) yang artinya setiap teknik pertahanan itu perlu dilakukan dengan bertenaga dan mantap agar dengan menggunakan satu teknik pun sudah cukup untuk membela diri sehingga diumpamakan jika teknik itu dilakukan ke atas pokok, maka semua bunga dari pokok tersebut akan jatuh berguguran. Contohnya jika ada orang menyerang dengan menumbuk muka (atau bagian lainnya), si pengamal karate boleh menggunakan teknik menangkis atas (tengah/bawah). Sekiranya tangkisan atas itu cukup kuat dan mantap, ia boleh (dapat) mematahkan tangan (kaki) yang menumbuk itu. Dengan itu tidak perlu lagi membuat serangan susulan pun sudah cukup untuk membela diri."
Kata Heian Nidan berjumlah 26 gerakan, Kata ini kurang lebih akan memakan waktu sekitar 50-60 detik untuk melakukannya, dan lebih menuntut fisik, Kata Heian Nidan merupakan pendalaman materi kata dari Heian Shodan .
Heian Sandan
Heian Sandan adalah Kata ketiga dari kata seri Kata Heian, dimana pada Kata ini merupakan pengembangan dari Kata sebelumnya yaitu Heian Nidan. Pada Kata ini terdapat penggunaan kaki sebagai blok, penggunaan kuda2 Kiba Dachi dan penggunaan teknik baru seperti melakukan tangkisan tengah seperti orang yang bertolak pinggang kemudian membalasnya dengan pukulan uraken uchi. Teknik baru kedua adalah memukul kearah belakang jika musuh membelakangi kita. Pada penggunaan kuda2 kiba-Dachi ketika sesorang mengangkat kakinya mengandung arti (bunkai) bahwa gerakan tersebut bisa berfungsi sebagai injakan untuk merobohkan kuda2 lawan atau menangkis tendangan lawan. Kata ini memiliki 20 gerakan dengan waktu aplikasi 40 detik.
Heian Yondan
Dalam Kata ini terdapat penggabungan gerakan yang terlihat kontras antara gerakan yang tajam (cepat) dan lambat (bertenaga) dengan maksud untuk mengenalkan dan mengembangkan kontrol gerakan kepada para pemula agar mereka jangan selalu terburu-buru melakukan gerakan kata. Di Kata ini juga gerakan kaki atau tendangan lebih banyak dari kata sebelumnya dengan tujuan agar para pemula gerakan kakinya menjadi lebih berkembang dan terlatih. Ini membantu mereka dalam mengembangkan gerakan kaki mereka, dan kemampuan untuk melakukan sinkronisasi terhadap gerakan kaki dan lengan.
Kata ini memperkenalkan juiji-Uke, Shuto-uchi, kakewake-uke, dan hiza-Geri, dan kesempurnaan gerakan-gerakan baru ini sangat penting dalam studi lanjutan Anda dari sisa seri Heian. Memiliki 27 gerakan dengan waktu aplikasi 50 detik.
Heian Godan
Heian Godan adalah kata yang paling menarik secara visual diantara kata lainnya. Pada Kata ini Karateka tidak hanya mengembangkan kontras antara gerakan cepat (tajam) dan lambat saja tetapi juga harus terampil dalam melompat dengan cepat, seimbang dan efektif. Melalui keefektifan kata ini seorang karateka tidak hanya diajari piawai dan sempurna dalam mengerjakan kata sebelumnya tetapi dengan belajar kata ini seorang karateka dituntut untuk belajar menggabungkan keterampilan seperti transisi sikap.
Meskipun untuk siswa tingkat lanjutan gerakan dari kata ini cukup simple, boleh jadi bagi newbie gerakan seperti pergerakan berat dan keseimbangan dari kuda2 zenkutsu Dachi menjadi Kokotsu Dachi bisa sangat sulit. Melalui banyak pengulangan dalam latihan kata ini, seorang siswa akan belajar bagaimana menggunakan dan menghasilkan tenaga ke potensial maksimal.
Kata ini memperkenalkan banyak teknik seperti Manji-game-uke, dan teisho (meskipun banyak gaya tidak harus menggunakan teknik dengan cara ini) .Kata ini memiliki 23 gerakan dengan waktu aplikasi 50 detik.
Kata Tekki Shodan
Kata Tekki adalah kata dari seluruh kata yang paling komplek dan paling sulit diantara kata lain di aliran Shotokan. Seperti di ketahui bahwa Funakoshi telah menghabiskan waktu beberapa tahun untuk melatih kata ini. Oleh karena itu Funakoshi menempatkan kata ini sebagai hal yang paling penting dalam silabus pelajaran Karate Shotokan. Funakoshi menghabiskan tiga tahun belajar untuk masing2 kata Tekki. Kata Tekki adalah kata yang menggunakan dan memamfaatkan ruang gerak yang sempit dan terbatas sehingga kata ini lebih cenderung sulit untuk dikuasai dibandingkan kata2 lainnya. Awalnya bernama Naihanchi, Funakoshi mengubah namanya menjadi Tekki (satria menunggang kuda). Awalnya kata ini menggunakan kuda2 hachi Dachi dan ji Dachi lama kelamaan berubah memakai kuda2 Kibadachi.
Tekki Shodan pada awalnya berasal dari kata Shuri-te. Pada kata ini sering sekali memakai kuda2 yang rendah bahkan ada gerakan yang bertumpu pada satu kaki sehingga menuntut keseimbangan tubuh dan kekuatan kaki.Untuk melakukan kata ini dibutuhkan fisik yang kuat. Fungsi latihan pada kata ini adalah me ningkatkan kekuatan tubuh bagian bawah terutama lutut dan dengkul.
Pada Tekki shodan terlihat lebih sederhana bentuk jurusnya hal ini dikarenakan pada kata ini hanya menggunakan satu kuda2 yaitu Kibadachi saja. Hal ini sangat berbeda dengan kata Heian Yondan (ke 4) maupun Heian Godan (ke 5)yang menggunakan kuda2 Zenkutsu Dachi dan Kokotsu Dachi. Tapi bagi pemula, justru untuk mempraktekannya lebih sulit Tekki ketimbang Heian karena menuntut kekuatan pijakan/kuda2 rendah pada kaki, sehingga para pemula kemungkinan akan tergoda untuk meluruskan kaki2nya.
Hal itu dikarena melakukan praktek kuda2 Kiba Dachi mensyaratkan tekukan pada kedua kaki, yang berarti perlu energi 2x lipat untuk konsisten melakukannya. Dengan belajar Kata ini seorang Karateka dapat mengantisipasi serangan lawan dalam jarak dekat pada ruangan yang sempit, karena dalam kata tekki Shodan seolah-olah dibelakang tubuh sang karateka terdapat tembok sehingga karateka hanya bisa bergerak ke kiri dan kekanan. dalam kata itu juga terdapat hindaran terhadap sapuan kaki sehingga si karateka harus dengan cepat mengangkat kakinya tinggi-tinggi(hanya bertumpu dengan kaki satu)kemudian menyerangnya dengan satu tangan (uraken)sambil melakukan kuda2 kibadachi lagi.Keuntungan dari latihan tekki secara rajin adalah, seorang karateka akan terbiasa menghadapi lawan yang jaraknya sangat dekat. Disamping itu juga, latihan putaran pinggangnya dan ganti langkahnya menjadikan latihan tekki sebagai cara melatih tubuh untuk menjadi fleksibel berganti arah. Ini sangat menguntungkan jika yang dihadapi lebih dari satu orang. Diantara karakter-karakter utama tekki adalah putar tubuh dan ganti langkah tanpa memutar kaki.
Filosophy Karate
Memahami prinsip-prinsip dan filosofi tradisional Karate-Do adalah hal yang penting untuk semua siswa. Karate sering dianggap oleh segelintir orang secara sensasional sebagai metode pertempuran atau beladiri brutal.
Tujuan, sasaran dari Karate seharusnya tidak terbatas pada penampilan fisiknya. Hubungan seumur hidup antara seni bela diri dengan perlunya menggunakan keterampilan Karate dengan cara cara dewasa dan bertanggung jawab yang telah diajarkan selama berabad-abad. Sayang nya, sensasi dan komersialisasi seni bela diri karate ini pada beberapa dojo telah menghilangkan konsep-konsep dasar dari filosophy karate itu sendiri.
Karate tidak boleh dilakukan semata-mata sebagai teknik pertempuran dan agar penggunaannya efektif maka teknik funda mental dan memaksimalkan pengembangan atlet Karate, melalui aspek filosofis sebagai seni bela diri tidak hanya harus diakui, tetapi juga harus memainkan peran penting.
Karate Tradisional adalah seni bela diri dan siswa harus melatih dengan sikap yang tepat mencontoh arah dan tujuan serta prinsip-prinsip seni bela diri. Sebuah penekanan yang kuat harus ditempatkan pada aspek metafisik seni dari pada teknik fisik. Pelatihan yang tepat harus diterapkan pada tubuh dan pikiran bersama. Sistem Karate Tradisional menekankan aspek pembangunan karakter sebagai prinsip utama.
Prinsip yang diajarkan kepada siswa dapat diringkas dengan kata-kata berikut karakter, ketulusan, usaha, etiket, dan pengendalian diri. Ini adalah cara yang benar untuk seni bela diri seperti Karate-Do
Akibatnya, seorang karate ka sejati harus berusaha untuk kesempurnaan baik dalam aspek filosofis dan fisik hal ini terutama akan meningkatkan kemampuan atlet dalam pelaksanaan penguasaan teknik dalam praktek lapangan maupun dalam kompetisi, atau pertahanan diri.
Karate-Do menyiratkan dalam bagian yang sering dikutip Gichin Funakoshi menggambarkan keadaan pikiran dan tubuh dimana Karate-ka harus bercita-cita dan menggambarkannya seperti cermin "Sebagai permukaan sebuah cermin dan mencerminkan seperti lembah yang tenang yang mampu menangkap suara bahkan suara kecil, sehingga seorang karateka membuat pikiran mereka kosong dan menghilangkan ke egoisan dan kejahatan dalam upaya untuk bereaksi dengan tepat terhadap apa pun yang mungkin mereka hadapi dan ini adalah arti kara di karate".
Akibatnya, nama Karate dipilih untuk menyampaikan ide-ide kekosongan karena siswa diharapkan untuk mengosongkan piki ran mereka dari semua pikiran dan emosi dalam mengejar Budo mereka (cara seni bela diri , atau cara sorang prajurit). Sebuah sikap mental yang salah pasti akan berdampak buruk pada bahkan pada seorang karateka yang paling terampil, dan Karateka harus melatih ke titik di mana reaksi otomatis dengan pertimbangan eksternal tidak akan mengganggu kondisi mental mereka yang tenang. Ini bukan untuk mengatakan bahwa pelatihan Karate dilakukan dalam keadaan tanpa pikiran, melainkan bebas dari hambatan pemikiran keraguan, ke bingungan, atau takut.
ETIKA
Tujuan, sasaran dari Karate seharusnya tidak terbatas pada penampilan fisiknya. Hubungan seumur hidup antara seni bela diri dengan perlunya menggunakan keterampilan Karate dengan cara cara dewasa dan bertanggung jawab yang telah diajarkan selama berabad-abad. Sayang nya, sensasi dan komersialisasi seni bela diri karate ini pada beberapa dojo telah menghilangkan konsep-konsep dasar dari filosophy karate itu sendiri.
Karate tidak boleh dilakukan semata-mata sebagai teknik pertempuran dan agar penggunaannya efektif maka teknik funda mental dan memaksimalkan pengembangan atlet Karate, melalui aspek filosofis sebagai seni bela diri tidak hanya harus diakui, tetapi juga harus memainkan peran penting.
Karate Tradisional adalah seni bela diri dan siswa harus melatih dengan sikap yang tepat mencontoh arah dan tujuan serta prinsip-prinsip seni bela diri. Sebuah penekanan yang kuat harus ditempatkan pada aspek metafisik seni dari pada teknik fisik. Pelatihan yang tepat harus diterapkan pada tubuh dan pikiran bersama. Sistem Karate Tradisional menekankan aspek pembangunan karakter sebagai prinsip utama.
Prinsip yang diajarkan kepada siswa dapat diringkas dengan kata-kata berikut karakter, ketulusan, usaha, etiket, dan pengendalian diri. Ini adalah cara yang benar untuk seni bela diri seperti Karate-Do
Akibatnya, seorang karate ka sejati harus berusaha untuk kesempurnaan baik dalam aspek filosofis dan fisik hal ini terutama akan meningkatkan kemampuan atlet dalam pelaksanaan penguasaan teknik dalam praktek lapangan maupun dalam kompetisi, atau pertahanan diri.
Karate-Do menyiratkan dalam bagian yang sering dikutip Gichin Funakoshi menggambarkan keadaan pikiran dan tubuh dimana Karate-ka harus bercita-cita dan menggambarkannya seperti cermin "Sebagai permukaan sebuah cermin dan mencerminkan seperti lembah yang tenang yang mampu menangkap suara bahkan suara kecil, sehingga seorang karateka membuat pikiran mereka kosong dan menghilangkan ke egoisan dan kejahatan dalam upaya untuk bereaksi dengan tepat terhadap apa pun yang mungkin mereka hadapi dan ini adalah arti kara di karate".
Akibatnya, nama Karate dipilih untuk menyampaikan ide-ide kekosongan karena siswa diharapkan untuk mengosongkan piki ran mereka dari semua pikiran dan emosi dalam mengejar Budo mereka (cara seni bela diri , atau cara sorang prajurit). Sebuah sikap mental yang salah pasti akan berdampak buruk pada bahkan pada seorang karateka yang paling terampil, dan Karateka harus melatih ke titik di mana reaksi otomatis dengan pertimbangan eksternal tidak akan mengganggu kondisi mental mereka yang tenang. Ini bukan untuk mengatakan bahwa pelatihan Karate dilakukan dalam keadaan tanpa pikiran, melainkan bebas dari hambatan pemikiran keraguan, ke bingungan, atau takut.
ETIKA
Karate diajarkan di ruang pelatihan yang disebut "dojo" Sebuah dojo dapat mengambil banyak bentuk fisik, dari gym sekolah, lapangan atau basement. Ini bukan bentuk fisik atau ukuran dojo yang penting melainkan sikap dan semangat para siswa menuju tempat belajar.
Dojo menjadi suatu tempat suci di kebanyakan perguruan. Setiap siswa harus tunduk di depan dojo untuk menunjukkan tanda hormat dan sikap menghormati merupakan bagian integ ral dari Karate - do dan ditunjukkan pada semua tingkatan.
Sabuk rendah menunjukkan rasa hormat kepada orang-orang dari peringkat yang lebih tinggi, dengan penghormatan utama di tujukan kepada " Sensei . " Gerakan ini terdiri dari ritual formal yang merupakan bagian dari etiket Karate-do yang menentukan bagaimana sese orang berperilaku dalam dojo, saat pertandi ngan dan di turnamen. Dalam mengembangkan sikap positif siswa di bangun sikap penuh kebajikan dan saling hormat, menjaga kebaikan, kesopanan, kesabaran, kerendahan hati dan dorongan untuk mengembangkan keterampilan pribadi semaksimal mungkin.Dalam karate kedisiplinan sangat di utamakan, sehingga para karateka mempunyai nilai nilai luhur dalam kesisiplinan, yang dituangkan dalam sumpah karate.
DISIPLIN
Disiplin di dalam latihan penting karena menentukan kualitas kemampuan bela diri seorang siswa. Tidak hanya cabang olahraga bela diri, hal ini juga berlaku di semua ca bang bela diri. Atlet yang tidak disiplin berla tih kualitasnya jelas di bawah atlet yang disiplin berlatih. Di dalam konteks bela diri, ini bisa berakibat fatal. Dengan kemampuan bela diri yang kurang optimal, Anda lebih besar kemungkinannya kalah di dalam pertarungan sebenarnya. Artinya Anda bisa cedera, terluka, atau bahkan tewas.
Dengan belajar bela diri khususnya karate kita justru mendapat kan manfaat positif di dalamnya. Karate mengajarkan kekuatan dan kelincahan fisik, membentuk mental dan kepribadian mengajarkan percaya diri, pan tang menyerah, pengendalian diri, berani, disiplin, jantan, satria, dan masih banyak sikap mental lainnya, yang tertuang dalam sumpah karate
Ebook Karate Seni beladiri Tangan Kosong by Karate do Empty hand
Dojo menjadi suatu tempat suci di kebanyakan perguruan. Setiap siswa harus tunduk di depan dojo untuk menunjukkan tanda hormat dan sikap menghormati merupakan bagian integ ral dari Karate - do dan ditunjukkan pada semua tingkatan.
Sabuk rendah menunjukkan rasa hormat kepada orang-orang dari peringkat yang lebih tinggi, dengan penghormatan utama di tujukan kepada " Sensei . " Gerakan ini terdiri dari ritual formal yang merupakan bagian dari etiket Karate-do yang menentukan bagaimana sese orang berperilaku dalam dojo, saat pertandi ngan dan di turnamen. Dalam mengembangkan sikap positif siswa di bangun sikap penuh kebajikan dan saling hormat, menjaga kebaikan, kesopanan, kesabaran, kerendahan hati dan dorongan untuk mengembangkan keterampilan pribadi semaksimal mungkin.Dalam karate kedisiplinan sangat di utamakan, sehingga para karateka mempunyai nilai nilai luhur dalam kesisiplinan, yang dituangkan dalam sumpah karate.
DISIPLIN
Disiplin di dalam latihan penting karena menentukan kualitas kemampuan bela diri seorang siswa. Tidak hanya cabang olahraga bela diri, hal ini juga berlaku di semua ca bang bela diri. Atlet yang tidak disiplin berla tih kualitasnya jelas di bawah atlet yang disiplin berlatih. Di dalam konteks bela diri, ini bisa berakibat fatal. Dengan kemampuan bela diri yang kurang optimal, Anda lebih besar kemungkinannya kalah di dalam pertarungan sebenarnya. Artinya Anda bisa cedera, terluka, atau bahkan tewas.
Dengan belajar bela diri khususnya karate kita justru mendapat kan manfaat positif di dalamnya. Karate mengajarkan kekuatan dan kelincahan fisik, membentuk mental dan kepribadian mengajarkan percaya diri, pan tang menyerah, pengendalian diri, berani, disiplin, jantan, satria, dan masih banyak sikap mental lainnya, yang tertuang dalam sumpah karate
Ebook Karate Seni beladiri Tangan Kosong by Karate do Empty hand
MENYIBAK AWAN DI ANGKASA
Kedua tangan bergerak merapat dan perlahan mendekati wajahnya. Seolah membuka tirai, kedua tangan itu lalu bergerak melebar kesamping. Tiba-tiba gerakan tangan yang cepat menghentak bersamaan dengan nekoashi dachi (kuda-kuda kaki kucing) mengejutkan penonton. Ah…rupanya dia sedang menampilkan kata Unsu.
Nama Unsu berasal dari dua huruf kanji yaitu “un” berarti awan, dan “shu” yang berarti tangan. Unsu dapat diartikan sebagai “bagaikan tangan yang menyibak awan.” Ada juga yang mengartikan “tangan bergerak mirip awan yang berarak di angkasa.” Nama ini juga sangat tampak pada gerakan pembuka kata ini. Konon di masa lalu ada yang menyebut Unsu dengan Hakko.
Menurut legenda, Unsu diperkenalkan pertama kali oleh Arakaki Seisho sekitar tahun 1890. Sejak banyaknya modifikasi kata saat ini, bentuk asli dari kata Unsu sulit dipastikan. Versi Shotokan mengadopsi dari Shito-ryu (disebut Unshu) yang jumlah gerakannya lebih banyak. Sekitar tahun 1960-an Shotokan baru resmi memasukkan kata Unsu dalam silabus mereka.
Menurut sejarahnya, Shotokan mendapatkan kata Unsu setelah Gichin Funakoshi meminta beberapa muridnya untuk belajar pada Kenwa Mabuni. Selain Unsu, ada juga beberapa kata lain yang dipelajari misalnya Nijushiho dan Gojushiho. Namun belajar banyak kata dalam waktu singkat jelas hal yang mustahil. Itulah sebabnya kata Shotokan yang diadopsi dari Shito-ryu mengalami pemangkasan gerakan disana-sini.
Nama Unsu berasal dari dua huruf kanji yaitu “un” berarti awan, dan “shu” yang berarti tangan. Unsu dapat diartikan sebagai “bagaikan tangan yang menyibak awan.” Ada juga yang mengartikan “tangan bergerak mirip awan yang berarak di angkasa.” Nama ini juga sangat tampak pada gerakan pembuka kata ini. Konon di masa lalu ada yang menyebut Unsu dengan Hakko.
Menurut legenda, Unsu diperkenalkan pertama kali oleh Arakaki Seisho sekitar tahun 1890. Sejak banyaknya modifikasi kata saat ini, bentuk asli dari kata Unsu sulit dipastikan. Versi Shotokan mengadopsi dari Shito-ryu (disebut Unshu) yang jumlah gerakannya lebih banyak. Sekitar tahun 1960-an Shotokan baru resmi memasukkan kata Unsu dalam silabus mereka.
Menurut sejarahnya, Shotokan mendapatkan kata Unsu setelah Gichin Funakoshi meminta beberapa muridnya untuk belajar pada Kenwa Mabuni. Selain Unsu, ada juga beberapa kata lain yang dipelajari misalnya Nijushiho dan Gojushiho. Namun belajar banyak kata dalam waktu singkat jelas hal yang mustahil. Itulah sebabnya kata Shotokan yang diadopsi dari Shito-ryu mengalami pemangkasan gerakan disana-sini.
Sebagaimana ditulis Funakoshi dalam bukunya, Okinawa adalah pulaunya angin topan. Masyarakat setempat kemudian membuat semacam tarian tradisional yang menggambarkan keadaan di saat badai. Entah legenda itu benar atau tidak, konon Arakaki menciptakan kata Unsu setelah terinspirasi tarian tersebut.
Meskipun jauh lebih pendek dari versi aslinya, Unsu dari Shotokan terkenal sebagai kata yang indah dan sangat sulit. Selain lompatan tinggi selebar 540 derajat, teknik dua jatuhan dan pukulan cepat empat penjuru menjadi alasannya. Masatoshi Nakayama mengatakan untuk menguasai Unsu, maka sebelumnya paling tidak telah menguasai seluruh kata Heian, Kanku dan Jion. Tanpa ketiganya sama saja seperti boneka orang-orangan sawah yang menari.
Bicara masalah lompatan, pada mulanya sangat sedikit orang-orang di JKA yang mampu melakukannya. Bahkan Nakayama dan sang maestro Hirokazu Kanazawapun tidak sanggup. Adalah Mikio Yahara yang berhasil melakukan lompatan Unsu seperti yang dicontoh banyak orang saat ini.
Siapa sebenarnya Yahara? Pemuda yang awalnya gemar berkelahi ini termasuk murid terbaik di JKA. Bahkan karena kemampuannya itu, Nakayama memintanya menjadi model peraga kata Unsu di beberapa video komersil produksi JKA. Yahara juga mendominasi turnamen di era tahun 1980-an. Kata Unsunya terkenal cepat, indah dan bertenaga. Sekalipun sekarang irama menjadi poin penting dalam pertandingan kata, gerakan Yahara yang terkesan tradisional saat itu tetap dikagumi hingga kini.
Jika Anda amati, tren melompat ini rupanya juga “mewabah” ke dalam gaya kata Shito-ryu. Beberapa tahun terakhir ini banyak peserta kata dari Shito-ryu yang memasukkan gaya melompat dalam kata mereka. Cobalah amati kata seperti Koshokun Dai, Koshokun Sho dan Chatanyara Kushanku. Bahkan ada juga yang mengadopsi lompatan Unsu Shotokan dalam Unshu versi Shito-ryu.
Bagi peserta kata dari Shotokan, hal ini jelas harus dipikirkan. Ini karena Shito-ryu mempunyai jumlah kata yang sangat banyak dan panjang. Bandingkan dengan kata Shotokan yang lebih sedikit dan mayoritas lebih pendek. Jika Anda praktisi Shotokan spesialis nomor kata, maka menguasai Unsu adalah sebuah keharusan. (Indoshotokan)
SEPERTI BULAN SEPARUH
Anda pernah berlatih Hangetsu ? Kata ini dalam Shotokan tampaknya tidak begitu populer dibandingkan kata yang lain. Paling tidak (hingga saat ini) kecuali saat latihan di dojo, sangat jarang dari praktisi Shotokan yang menampilkannya dalam turnamen. Namun Hangetsu bisa dibilang kata yang cukup unik baik dari sisi historis maupun tekniknya.
Hangetsu adalah salah satu dari 15 kata yang dibawa oleh Gichin Funakoshi saat memperkenalkan karate ke Jepang. Hangetsu adalah kata yang sangat tua bahkan ketika di Okinawa. Nama Hangetsu sendiri berarti bulan separuh, dimana nama ini berasal dari dua huruf kanji yang membentuknya. Huruf kanji “han” berarti setengah atau separuh sedangkan huruf kanji “getsu” berarti bulan. Nama Hangetsu diberikan Funakoshi setelah dirinya melihat teknik tangan setengah melingkar pada kata ini.
Menurut legenda kata ini berasal dari tarian tradisional Cina, namun ada pula yang menyebutkan kata ini murni dari teknik bela diri Cina. Hangetsu nama aslinya adalah Seisan/Seishan yang berarti 13. Sampai kini masih ada yang tetap mempertahankan nama Seisan seperti Goju-ryu dan Seishan seperti Wado-ryu. Terkesan tidak ada bedanya bukan ? Namun itulah kenyataannya. Funakoshi dalam buku Renten Goshin Karate Jutsu bahkan menyebutnya dengan Sehshan. Mungkinkah Funakoshi keliru lafal dan tulisannya ? Tidak bisa dipastikan, namun banyak yang menduga Funakoshi merujuk pada nama yang digunakan Wado-ryu yaitu Seishan.
Ada pula teori yang menyebutkan asal Hangetsu setelah seorang ahli bela diri Cina bernama Seisan/Seishan menunjukkan kebolehannya di Okinawa. Namun karena tidak didukung bukti literatur yang kuat, maka teori ini tidak banyak yang menerima. Diduga awal kemunculannya kata ini di daerah Naha. Namun tahun 1867 Arakaki Seisho pernah mendemonstrasikan kata ini di hadapan sekelompok prajurit Cina. Seperti umumnya teknik dari Naha, Seisan/Seishan tampil dengan berbagai teknik pernapasan.
Hangetsu adalah salah satu dari 15 kata yang dibawa oleh Gichin Funakoshi saat memperkenalkan karate ke Jepang. Hangetsu adalah kata yang sangat tua bahkan ketika di Okinawa. Nama Hangetsu sendiri berarti bulan separuh, dimana nama ini berasal dari dua huruf kanji yang membentuknya. Huruf kanji “han” berarti setengah atau separuh sedangkan huruf kanji “getsu” berarti bulan. Nama Hangetsu diberikan Funakoshi setelah dirinya melihat teknik tangan setengah melingkar pada kata ini.
Menurut legenda kata ini berasal dari tarian tradisional Cina, namun ada pula yang menyebutkan kata ini murni dari teknik bela diri Cina. Hangetsu nama aslinya adalah Seisan/Seishan yang berarti 13. Sampai kini masih ada yang tetap mempertahankan nama Seisan seperti Goju-ryu dan Seishan seperti Wado-ryu. Terkesan tidak ada bedanya bukan ? Namun itulah kenyataannya. Funakoshi dalam buku Renten Goshin Karate Jutsu bahkan menyebutnya dengan Sehshan. Mungkinkah Funakoshi keliru lafal dan tulisannya ? Tidak bisa dipastikan, namun banyak yang menduga Funakoshi merujuk pada nama yang digunakan Wado-ryu yaitu Seishan.
Ada pula teori yang menyebutkan asal Hangetsu setelah seorang ahli bela diri Cina bernama Seisan/Seishan menunjukkan kebolehannya di Okinawa. Namun karena tidak didukung bukti literatur yang kuat, maka teori ini tidak banyak yang menerima. Diduga awal kemunculannya kata ini di daerah Naha. Namun tahun 1867 Arakaki Seisho pernah mendemonstrasikan kata ini di hadapan sekelompok prajurit Cina. Seperti umumnya teknik dari Naha, Seisan/Seishan tampil dengan berbagai teknik pernapasan.
Dibandingkan kata Shotokan lainnya yang didominasi teknik cepat dan variasi lompatan, Hangetsu tampil sebaliknya. Variasi pernapasan disertai gerakan yang lambat pada awal kata ini adalah teknik yang sangat jarang dalam kata Shotokan. Tampaknya latihan hara (perut) sangat diutamakan dalam kata ini. Sekilas sangat mirip dengan kata Sanchin dari Goju-ryu.
Dapat disimpulkan adanya teknik pernapasan ini menunjukkan bahwa kata ini bukan kata Shotokan yang orisinil. Contoh lainnya adalah Nijushiho dan Unsu yang didalamnya juga memuat teknik pernapasan walaupun hanya dua atau tiga gerakan. Dan memang benar keduanya bukan milik Shotokan, melainkan Shito-ryu yang memegang versi asli kata ini. Versi milik Shotokan tampaknya telah mengalami perubahan untuk menyesuaikan dengan teknik-teknik dalam aliran ini.
Walau banyak perdebatan disana – sini (bahkan hingga saat ini) berkaitan sumber kata ini, tidak dapat dipungkiri bahwa Hangetsu telah menjadi salah satu kata dalam Shotokan. (Indoshotokan)
SEKALI LAGI KANKU DAI
Kanku dapat diterjemahkan sebagai melihat langit, atau menatap langit. Nama kata ini diambil dari gerakan pembukanya yang mengarahkan kedua tangan ke langit. Saat ini Kanku Dai sebagai salah satu kata wajib (shittei kata) Shotokan sesudah Jion. Kanku adalah kata yang sangat tua sekaligus kata dengan banyak versi. Kata ini juga mempunyai sejarah yang unik. Menurut legenda, nama Kanku diambil dari nama atase militer Cina bernama Kung Shiang Chung (dalam lafal Okinawa disebut dengan Ku Shan Ku) yang datang ke Okinawa.
Ketika Funakoshi datang ke Jepang dia menghilangkan tiga huruf kanji Kung Shiang Chung tetapi mengucapkannya dalam lafal Jepang ko Sho Kun untuk menghilangkan kesan budaya Okinawa dan selanjutnya dapat diterima dalam budaya Jepang.
Ku Shan Ku yang selanjutnya dalam Shotokan disebut Kanku Dai. Kata dengan gerakan yang panjang ini adalah kata favorit dari Gichin Funakoshi. Dipilihnya Kanku Dai untuk demonstrasi bagi orang-orang Jepang di Butokukai tahun 1922. Sebagai hasilnya Makoto Gima pendiri Judo sangat tertarik dengan demonstrasi itu dan selanjutnya meminta Funakoshi menetap di Jepang dan mengajarinya teknik-teknik dasar.
Tahukah Anda ternyata untuk belajar Kanku Dai ada beberapa kata wajib yang harus Anda pelajari dulu ? Untuk belajar kata ini seorang karateka setidaknya sudah menguasai seluruh kata Heian (Heian 1 – 5), Tekki Shodan dan Bassai Dai. Dalam Kanku Dai ada begitu banyak variasi teknik mulai dari gerakan peregangan, mengerut, cepat, lambat dan bahkan gerakan merunduk. Kanku Dai dikerjakan seolah-olah menghadapi lawan dalam jumlah yang banyak.
Selain Shotokan, aliran-aliran karate di Jepang juga memasukkan kata yang populer ini dalam kurikulum mereka. Namun dengan nama dan variasi gerakan yang sedikit berbeda pula. Shito Ryu menyebut kata ini dengan Ko Sho kun, Goju Ryu dan Wado Ryu menyebut dengan Ku Shan Ku, sementara Kyokushinkai menyebut dengan Kanku. Barangkali yang membedakan antara versi Shotokan dengan yang lain adalah adanya teknik lompatan sebelum akhir kata ini.
Sebagai pasangan dari Kanku Dai dalam versi Shotokan ada pula Kanku Sho. Kata ini termasuk jenis kata pilihan. (Indoshotokan)
Ketika Funakoshi datang ke Jepang dia menghilangkan tiga huruf kanji Kung Shiang Chung tetapi mengucapkannya dalam lafal Jepang ko Sho Kun untuk menghilangkan kesan budaya Okinawa dan selanjutnya dapat diterima dalam budaya Jepang.
Ku Shan Ku yang selanjutnya dalam Shotokan disebut Kanku Dai. Kata dengan gerakan yang panjang ini adalah kata favorit dari Gichin Funakoshi. Dipilihnya Kanku Dai untuk demonstrasi bagi orang-orang Jepang di Butokukai tahun 1922. Sebagai hasilnya Makoto Gima pendiri Judo sangat tertarik dengan demonstrasi itu dan selanjutnya meminta Funakoshi menetap di Jepang dan mengajarinya teknik-teknik dasar.
Tahukah Anda ternyata untuk belajar Kanku Dai ada beberapa kata wajib yang harus Anda pelajari dulu ? Untuk belajar kata ini seorang karateka setidaknya sudah menguasai seluruh kata Heian (Heian 1 – 5), Tekki Shodan dan Bassai Dai. Dalam Kanku Dai ada begitu banyak variasi teknik mulai dari gerakan peregangan, mengerut, cepat, lambat dan bahkan gerakan merunduk. Kanku Dai dikerjakan seolah-olah menghadapi lawan dalam jumlah yang banyak.
Selain Shotokan, aliran-aliran karate di Jepang juga memasukkan kata yang populer ini dalam kurikulum mereka. Namun dengan nama dan variasi gerakan yang sedikit berbeda pula. Shito Ryu menyebut kata ini dengan Ko Sho kun, Goju Ryu dan Wado Ryu menyebut dengan Ku Shan Ku, sementara Kyokushinkai menyebut dengan Kanku. Barangkali yang membedakan antara versi Shotokan dengan yang lain adalah adanya teknik lompatan sebelum akhir kata ini.
Sebagai pasangan dari Kanku Dai dalam versi Shotokan ada pula Kanku Sho. Kata ini termasuk jenis kata pilihan. (Indoshotokan)
SOCHIN: PERDAMAIAN DAN KETENANGAN
Simple but powerfull, sederhana namun mematikan. Benar, pesan itulah yang muncul dari kata Sochin. Sebuah kata dengan 40 gerakan yang sering dipilih kompetitor dari Shotokan dalam turnamen. Bukan hanya tingkat kesulitannya yang tinggi, namun juga berkat keindahannya. Pada ulasan kali ini Indoshotokan mengajak sobat sekalian untuk mengenal lebih dalam kata Sochin. Tentunya versi Shotokan.
Nama Sochin terbentuk dari dua huruf kanji. “Sou” (diucapkan agak panjang) yang berarti laki-laki, tegap, kuat, mulia, bersemangat dan kedamaian. Sedangkan “chin” berarti penekanan yang besar, menjaga perdamaian diantara pengikut. Begitu banyak arti yang bisa diambil dari namanya. Namun arti yang sering dipakai untuk Sochin adalah ketenangan hati, perdamaian, balasan yang besar (sesudah melakukan kebaikan).
Menurut sejarah Arakaki Seisho diyakini sebagai orang pertama yang memperkenalkan kata Sochin sekitar tahun 1900-an. Konon setelah itu Arakaki mengajarkannya pada Kenwa Mabuni (pendiri Shito-ryu). Namun ini bukanlah versi Shotokan karena Gichin Funakohi baru memasukkannya dalam silabus Shotokan setelah Perang Dunia II. Jika demikian, dari mana versi Shotokan berasal? Siapa yang membawanya? Jawaban atas pertanyaan ini ada bermacam-macam.
Versi pertama menyebutkan kata Sochin diperoleh murid-murid Funakoshi setelah belajar pada Kenwa Mabuni. Namun akibat terlalu banyak yang dipelajari dalam waktu singkat membuat mereka lupa gerakan utuhnya (juga terjadi pada kata yang lain). Mereka lalu mencoba menyusun ulang dengan tidak merubah namanya.
Versi kedua nyaris tidak berbeda dengan diatas. Setelah berhasil belajar pada Kenwa Mabuni, murid-murid Funakoshi mendokumentasikan kata Sochin versi Shito-ryu tersebut. Ketika kembali ke perguruan, kata tersebut di-Shotokanisasi oleh beberapa senior (bahkan ada yang menyebut peran Funakoshi didalamnya). Sayangnya setelah itu Perang Dunia II meletus yang membuat murid Funakoshi banyak yang tewas. Akibatnya dokumentasi kata itu hilang.
Setelah perang berakhir murid Funakoshi yang tersisa berusaha menyatukan kembali memori kata Sochin. Proses itu akhirnya selesai meskipun hasilnya tidak sempurna. Sehingga kata Sochin versi Shotokan yang terlihat pada hari ini lebih pendek daripada sebelumnya.
Contoh aplikasi kata Sochin oleh Osaka (kiri) melawan Kawasoe. Foto berasal dari JKA Toulouse |
Perlu diingat bahwa pendapat pertama dan kedua diatas masih diragukan kebenarannya. Memang benar, Funakoshi mengirim murid-muridnya belajar pada Mabuni. Tapi apakah kata Sochin termasuk di dalamnya masih simpang siur. Lagi pula kata hasil belajar dari Mabuni biasanya setelah di-Shotokanisasi tidak jauh beda dengan aslinya (contoh Nijushiho dan Unsu). Tapi Sochin versi Shotokan amat sangat berbeda. Sehingga banyak yang menyimpulkan Sochin versi Shotokan bukan berasal dari Mabuni.
Versi ketiga menyebutkan Sochin masuk dalam silabus Shotokan setelah diperkenalkan Yoshitaka Funakoshi (anak ketiga Gichin Funakoshi). Dalam buku Karate-do Nyumon diceritakan bahwa ketika di Tokyo Gichin Funakoshi diundang ke Okinawa oleh seorang ahli karate yang tidak disebutkan namanya. Karena begitu sibuknya Funakoshi tidak bisa memenuhi undangan itu dan sebagai gantinya mengirimkan Yoshitaka.
Tradisi tokoh bela diri lama biasanya hanya menurunkan teknik mereka pada orang yang terpilih. Saat di Okinawa itulah Yoshitaka dipercaya mendapatkan kata yang baru. Namun dalam bukunya Funakoshi tidak pernah menyebutkan nama kata yang dimaksud. Yang jelas, sekembalinya ke Tokyo Yoshitaka memodifikasi gerakannya. Dia memasukkan Fudo dachi, sebuah kuda-kuda dengan posisi kaki yang cukup sulit. Hasil modifikasi itulah yang sekarang dikenal sebagai kata Sochin versi Shotokan.
Nama Sochin diambil dari bentuk kuda-kudanya yang khas yaitu Fudodachi atau sochindachi. Posisinya tidak lazim dan bagi yang baru belajar kata ini umumnya akan kesulitan. Dalam bukunya yang berjudul “Dynamic Karate” Masatoshi Nakayama menjelaskan tentang fudodachi.
“Fudo dachi" (posisi yang solid) juga dikenal sebagai sochin dachi. Kecuali posisi kakinya, kuda-kuda ini adalah kombinasi dari zenkutsu dachi dan kiba dachi. Fudo dachi posisinya kokoh dan stabil, memberi gambaran sebuah pohon yang akarnya kuat di dalam tanah. Dengan sedikit mengubah posisi kakimu, maka akan berubah menjadi kiba dachi. Fudo dachi efektif digunakan menahan pukulan yang kuat dan melancarkan serangan balasan. Pada posisi ini tegangan kaki diarahkan keluar lutut (admin: maksudnya khusus untuk lutut kaki depan) dan berat tubuh dibagi rata antara dua kaki.”
Masatoshi Nakayama memperagakan sochin dachi. Foto diambil dari buku Dynamic Karate (1966). |
Hirokazu Kanazawa juga memberikan penjelasan yang lebih ringkas.
“Posisikan kedua kaki selebar bahu. Dengan lutut ditekuk dan tegangan kaki mengarah keluar, berikan sedikit berat di kaki bagian depan.”
Sebagai salah satu kata Shotokan yang populer, Sochin sangat sering ditemukan dalam turnamen. Sayangnya, banyak kontestan salah kaprah menganggap kata ini harus dilakukan dengan cepat. Padahal sebagai golongan kata Shorei (berdasarkan kekuatan), Sochin dilakukan dengan penuh tenaga. Jika ada syarat lain maka itu adalah rotasi pinggul yang mendukung perpindahan kaki dan gerakan.
Untuk variasi gerakan, kata Sochin termasuk minim, bahkan bisa dibilang monoton. Mengapa bisa begitu? Ini karena tujuan kata Sochin adalah mengajak praktisinya mempunyai kuda-kuda yang kokoh, kaki yang kuat, eksekusi serangan yang powerfull, dan konsentrasi tinggi. Kata Sochin boleh saja terlihat simpel. Meski mudah mempelajari, tapi toh bukan perkara gampang untuk menguasainya.
Diluar kebutuhan untuk turnamen, standar silabus JKA menetapkan kata Sochin diajarkan pada level nidan. Peserta pada tingkat itu juga boleh memilih kata lainnya yaitu Kanku Sho, Nijushiho dan Chinte. (Indoshotokan)
“Posisikan kedua kaki selebar bahu. Dengan lutut ditekuk dan tegangan kaki mengarah keluar, berikan sedikit berat di kaki bagian depan.”
Sebagai salah satu kata Shotokan yang populer, Sochin sangat sering ditemukan dalam turnamen. Sayangnya, banyak kontestan salah kaprah menganggap kata ini harus dilakukan dengan cepat. Padahal sebagai golongan kata Shorei (berdasarkan kekuatan), Sochin dilakukan dengan penuh tenaga. Jika ada syarat lain maka itu adalah rotasi pinggul yang mendukung perpindahan kaki dan gerakan.
Untuk variasi gerakan, kata Sochin termasuk minim, bahkan bisa dibilang monoton. Mengapa bisa begitu? Ini karena tujuan kata Sochin adalah mengajak praktisinya mempunyai kuda-kuda yang kokoh, kaki yang kuat, eksekusi serangan yang powerfull, dan konsentrasi tinggi. Kata Sochin boleh saja terlihat simpel. Meski mudah mempelajari, tapi toh bukan perkara gampang untuk menguasainya.
Diluar kebutuhan untuk turnamen, standar silabus JKA menetapkan kata Sochin diajarkan pada level nidan. Peserta pada tingkat itu juga boleh memilih kata lainnya yaitu Kanku Sho, Nijushiho dan Chinte. (Indoshotokan)
MENEMBUS BENTENG
Bagi Anda yang yang fokus berlatih kata tentu tidak asing Bassai Dai. Kata ini mempunyai banyak versi dan empat besar aliran karate di Jepang – Shoto, Wado, Goju, Shito – mempunyai versi yang berbeda satu sama lain. Berdasarkan huruf kanjinya kata ini mempunyai makna menembus benteng, namun ada juga yang mengartikan mengalahkan lawan dengan mencari titik lemahnya. Mengapa bahasan kali ini mengambil Bassai Dai, tidak mengambil kata lain yang punya tingkatan kesulitan lebih tinggi ? Ternyata, Bassai Dai adalah kata yang mempunyai nilai historis yang unik.
Bassai Dai nama aslinya adalah Passai. Sedangkan asalnya kata ini tidak begitu jelas. Sama sulitnya dengan mencari tahu kebenaran sejarah dari karate itu sendiri yang pada akhirnya kita harus percaya pada cerita dan legenda. Namun ada beberapa teori yang menyatakan bahwa Bassai Dai bersumber dari kungfu Cina Tinju Singa (begitu kira-kira dalam bahasa Indonesia) yang terlihat dari teknik tangan terbuka dan teknik menjejak lantai.
Sementara sumber lain menyatakan kata ini berasal dari kungfu Cina Tinju Macan Tutul yang tampak dari gerakan awal kata ini yaitu serangan dengan kuda-kuda menyilang. Nama singa dan macan tutul sendiri dalam dialek Mandarin adalah “Baoshi”, sementara dalam dialek Fuzhou diucapkan “Baasai”, sedang dalam dialek Quanzhou diucapkan dengan “Pausai”.
Di Okinawa sendiri perubahan dari Passai ini terlihat dari versi yang diperkenalkan oleh Sokon Matsumura – yang dipercaya sebagai tokoh sentral dari semua aliran karate saat ini, sekaligus yang memperkenalkan kata ini dengan Passai – dengan Oyadomori no Passai (setelah ahli karate Kokan Oyadomari memberi nama kata ini) dengan versi modifikasi yang diperkenalkan oleh Itosu yang juga guru dari Funakoshi ketika memperkenalkan karate ke sekolah-sekolah umum.
Versi Masumura terlihat begitu kental dengan teknik Cina sementara milik Oyadomari telah “diOkinawakan”, sedang milik Itosu adalah modifikasi dari keduanya. Termasuk munculnya Bassai Sho yang (diduga) merupakan hasil modifikasi Itosu. Saat membawa karate ke Jepang Gichin Funakoshi juga mengajarkan Bassai Dai dan Sho.
Orang-orang Okinawa sendiri tidak mempunyai definisi yang pasti dari Passai. Di kemudian hari saat Funakoshi mengubah nama kata Shotokan sebagai bentuk modernisasi karate, barulah kata ini mempunyai arti nama yang jelas berdasarkan huruf kanjinya. Makna “benteng” dan “menyingkirkan penghalang” muncul dari huruf kanji Bassai. Namun begitu secara keseluruhan, bentuk kata Bassai milik Shotokan tidak menunjukkan hubungan langsung dengan bentuk aslinya.
Fakta unik, tiga pukulan yama tsuki sebelum akhir kata ini membentuk mirip huruf kanji “gunung”. Hal ini sebenarnya biasa saja mengingat kata Shotokan yang lain seperti Hangetsu dan Jitte juga memuat posisi tubuh yang membentuk huruf kanji ini. Dan kata Shotokan jika diteliti lebih jauh dari embusennya membentuk huruf kanji juga. Contoh lain adalah Jion yang jika dilihat membentuk huruf kanji Budha. Dan memang Jion ada yang mengartikan nama biksu Budha atau nama kuil Budha (Bahkan di Jepang juga festival dengan nama Jion).
Shotokan saat ini melatih dua versi yaitu Dai dan Sho. Versi Bassai Sho lebih pendek dari versi Dai. Itosu memodifikasi kata Passai dan menghasilkan versi Sho. Yang lebih membingungkan lagi bahkan Bassai Sho ditulis sama dengan huruf Cina Ba Ji Xiao yang merupakan bagian dari Ba Ji Da (dari aliran kungfu Ba Ji Ch’uan). Jadi mungkinkan kedua kata ini sejak awalnya sudah berpasangan, dan bukan Itosu yang memodifikasinya ? tampaknya akan tetap menjadi misteri. (Indoshotokan)
Bassai Dai nama aslinya adalah Passai. Sedangkan asalnya kata ini tidak begitu jelas. Sama sulitnya dengan mencari tahu kebenaran sejarah dari karate itu sendiri yang pada akhirnya kita harus percaya pada cerita dan legenda. Namun ada beberapa teori yang menyatakan bahwa Bassai Dai bersumber dari kungfu Cina Tinju Singa (begitu kira-kira dalam bahasa Indonesia) yang terlihat dari teknik tangan terbuka dan teknik menjejak lantai.
Sementara sumber lain menyatakan kata ini berasal dari kungfu Cina Tinju Macan Tutul yang tampak dari gerakan awal kata ini yaitu serangan dengan kuda-kuda menyilang. Nama singa dan macan tutul sendiri dalam dialek Mandarin adalah “Baoshi”, sementara dalam dialek Fuzhou diucapkan “Baasai”, sedang dalam dialek Quanzhou diucapkan dengan “Pausai”.
Di Okinawa sendiri perubahan dari Passai ini terlihat dari versi yang diperkenalkan oleh Sokon Matsumura – yang dipercaya sebagai tokoh sentral dari semua aliran karate saat ini, sekaligus yang memperkenalkan kata ini dengan Passai – dengan Oyadomori no Passai (setelah ahli karate Kokan Oyadomari memberi nama kata ini) dengan versi modifikasi yang diperkenalkan oleh Itosu yang juga guru dari Funakoshi ketika memperkenalkan karate ke sekolah-sekolah umum.
Versi Masumura terlihat begitu kental dengan teknik Cina sementara milik Oyadomari telah “diOkinawakan”, sedang milik Itosu adalah modifikasi dari keduanya. Termasuk munculnya Bassai Sho yang (diduga) merupakan hasil modifikasi Itosu. Saat membawa karate ke Jepang Gichin Funakoshi juga mengajarkan Bassai Dai dan Sho.
Orang-orang Okinawa sendiri tidak mempunyai definisi yang pasti dari Passai. Di kemudian hari saat Funakoshi mengubah nama kata Shotokan sebagai bentuk modernisasi karate, barulah kata ini mempunyai arti nama yang jelas berdasarkan huruf kanjinya. Makna “benteng” dan “menyingkirkan penghalang” muncul dari huruf kanji Bassai. Namun begitu secara keseluruhan, bentuk kata Bassai milik Shotokan tidak menunjukkan hubungan langsung dengan bentuk aslinya.
Fakta unik, tiga pukulan yama tsuki sebelum akhir kata ini membentuk mirip huruf kanji “gunung”. Hal ini sebenarnya biasa saja mengingat kata Shotokan yang lain seperti Hangetsu dan Jitte juga memuat posisi tubuh yang membentuk huruf kanji ini. Dan kata Shotokan jika diteliti lebih jauh dari embusennya membentuk huruf kanji juga. Contoh lain adalah Jion yang jika dilihat membentuk huruf kanji Budha. Dan memang Jion ada yang mengartikan nama biksu Budha atau nama kuil Budha (Bahkan di Jepang juga festival dengan nama Jion).
Shotokan saat ini melatih dua versi yaitu Dai dan Sho. Versi Bassai Sho lebih pendek dari versi Dai. Itosu memodifikasi kata Passai dan menghasilkan versi Sho. Yang lebih membingungkan lagi bahkan Bassai Sho ditulis sama dengan huruf Cina Ba Ji Xiao yang merupakan bagian dari Ba Ji Da (dari aliran kungfu Ba Ji Ch’uan). Jadi mungkinkan kedua kata ini sejak awalnya sudah berpasangan, dan bukan Itosu yang memodifikasinya ? tampaknya akan tetap menjadi misteri. (Indoshotokan)
SANG BANGAU DIATAS AWAN
Diterangi sinar bulan purnama, di
sebuah pulau yang nyaris terlupakan, seorang laki-laki duduk sendiri. Teringat kembali olehnya masa-masa berlatih karate yang begitu keras dan melelahkan bersama gurunya Sakugawa. Sendiri dalam kebisuan, matanya yang tajam mengawasi setiap sudut berharap bisa menemukan buruannya. Ah, rupanya Sokon Matsumura sang kepala pasukan tengah mengemban tugas dari raja Ryukyu.
Beberapa hari yang lalu, ganasnya ombak dan badai Ryukyu yang tersohor itu memakan korban. Kabarnya seorang pelaut dari Tiongkok selatan terdampar di pesisir pantai. Kapalnya yang karam dan upayanya untuk bertahan hidup membuatnya harus mencuri makanan dari rumah penduduk di malam hari. Demi memperbaiki kapalnya, sang pelaut malang itu juga mencuri kayu dan bahan material lainnya. Para penduduk dibuat resah dan mereka berusaha menangkapnya, tapi selalu gagal. Rupanya dia bukan pelaut biasa. Untuk menyelesaikan urusan yang satu ini Matsumura adalah orang yang tepat.
Pagi memecah dan bayangan seorang laki-laki tergambar jelas di kejauhan. Dengan keyakinan di kepalanya, Matsumura melangkah maju mendekati sang laki-laki Tiongkok itu. Dia memang target buruannya. Seperti rumor yang sudah-sudah, aura kekuatannya bahkan bisa membuat udara terasa menyesakkan. Takdir akhirnya mempertemukan mereka berdua; Matsumura dan Chinto. Berhadapan satu sama lain, keduanya bersiap untuk berduel. Sebuah pertarungan yang akan membuat sejarah karate berubah selamanya.
Beberapa hari yang lalu, ganasnya ombak dan badai Ryukyu yang tersohor itu memakan korban. Kabarnya seorang pelaut dari Tiongkok selatan terdampar di pesisir pantai. Kapalnya yang karam dan upayanya untuk bertahan hidup membuatnya harus mencuri makanan dari rumah penduduk di malam hari. Demi memperbaiki kapalnya, sang pelaut malang itu juga mencuri kayu dan bahan material lainnya. Para penduduk dibuat resah dan mereka berusaha menangkapnya, tapi selalu gagal. Rupanya dia bukan pelaut biasa. Untuk menyelesaikan urusan yang satu ini Matsumura adalah orang yang tepat.
Pagi memecah dan bayangan seorang laki-laki tergambar jelas di kejauhan. Dengan keyakinan di kepalanya, Matsumura melangkah maju mendekati sang laki-laki Tiongkok itu. Dia memang target buruannya. Seperti rumor yang sudah-sudah, aura kekuatannya bahkan bisa membuat udara terasa menyesakkan. Takdir akhirnya mempertemukan mereka berdua; Matsumura dan Chinto. Berhadapan satu sama lain, keduanya bersiap untuk berduel. Sebuah pertarungan yang akan membuat sejarah karate berubah selamanya.
Matsumura menyerang lebih dulu, namun dengan mudahnya Chinto mengelak. Tidak apa-apa, hanya kebetulan, karena serangan berikutnya akan membalik keadaan. Matsumura menyerang lagi, lagi dan lagi. Tapi sebanyak itu Matsumura menyerang, sebanyak itu pula dia menelan pil pahit. Chinto sungguh licin dan mengelak dengan cara yang tidak biasa. Akhirnya, setelah sebuah serangan membuat Chinto terpojok. Berpikir akan menang, Matsumura mendaratkan pukulan terakhirnya. Sungguh ajaib, Chinto menghindar dengan memutar satu kakinya, dan sebuah tendangan sukses membuat Matsumura terjerembab mencium pasir.
Menyapu pasir yang menutupi wajahnya, Matsumura melihat si pelaut Tiongkok itu hanya tertawa terkekeh-kekeh sambil menikmati kue berasnya. Melupakan pertarungan yang sudah lewat, Chinto menceritakan kisahnya pada Matsumura. Dia juga bercerita gerakan rahasianya; yang memutar, berbalik dan rumit. Gerakan tipuan yang berasal dari satu kaki terangkat itu memang sungguh asing bagi Matsumura. Tidak menyia-nyiakan kesempatan langka itu, Matsumura belajar gerakan barunya. Kini jurus rahasia Chinto diabadikan Matsumura dalam kata milik Shorin-ryu yang bernama Chinto.
Di masa lalu baik Tomari-te dan Shuri-te menggunakan Chinto sebagai salah satu kata dalam silabus mereka. Nama Chinto sendiri diartikan sebagai “Pertempuran Fajar” yang merujuk pada legenda duel Matsumura dengan sang pelaut Tiongkok di pagi hari. Tapi ada juga yang beranggapan bahwa Chinto adalah nama si pelaut (meskipun sumber lain menyebutnya dengan Chin Tao atau Chin Ji). Sekali lagi, semua ini hanyalah legenda dan pembaca Indoshotokan tidak perlu menyerapnya terlalu serius. Sebagai kata yang sangat tua, Chinto masih dipertahankan oleh kebanyakan karate moderen.
Dari Matsumura kata ini diajarkan pada Yasutsune Itosu yang kemudian memberikan sedikit modifikasi. Gichin Funakoshi sebagai murid dari Itosu membawa Chinto bersama 14 kata lainnya ke Jepang. Karena saat itu sentimen anti Cina sedang ramai di Jepang, Funakoshi mengubah nama Chinto menjadi Gankaku, yang berarti “Bangau di Atas Batu”. Tidak sekedar mengubah namanya, Funakoshi juga melakukan sedikit perubahan pada gerakan berikut arah embusennya sehingga tampil lebih linear. Sedangkan versi Shotokan yang terlihat sekarang ini adalah hasil modifikasi JKA dengan Yoshitaka Funakoshi.
Walaupun dalam silabus Shotokan kata ini diperkenalkan pada level shodan, Gankaku adalah kata yang sangat sulit. Agar tampil baik, seorang praktisi Shotokan bisa jadi butuh waktu yang tidak sedikit. Menjaga keseimbangan, kontrol dan koordinasi tubuh yang baik saat memutar, serangan dalam Gankaku ringan namun tajam. Dengan berdiri pada satu kaki (tsuruashi dachi), akan memberikan sebuah tantangan pada praktisinya untuk meniru seekor bangau yang berdiri pada satu kakinya.
Ada yang bilang Gankaku dibuat hanya untuk orang yang berpostur tinggi. Pendapat ini tentu saja tidak benar. Lebih tepat jika dikatakan Gankaku cocok untuk praktisi karate dengan keseimbangan yang baik, mempunyai ketenangan, kelincahan dan mampu mengeksekusi serangan dengan ringan dan cepat. Gerakan dalam Gankaku juga mengajarkan praktisinya untuk bertahan dan dalam saat bersamaan menangkis serangan lawan. Yang terakhir, Gankaku juga praktis untuk menyerang lawan dengan serangan yang menjebak disertai elakan yang unik. (Indoshotokan)
SI BURUNG LAYANG-LAYANG TERBANG
Enpi atau kadang diucapkan Empi termasuk dalam golongan kata Shotokan yang dinamis. Gerakan yang bervariasi
dipadu irama yang berubah-ubah menunjukkan jika kata ini mempunyai tingkat kesulitan cukup tinggi. Nama Enpi berarti burung layang-layang terbang. Sesuai dengan namanya, karakter kata ini lincah dan berubah arah dengan cepat di
angkasa.
Melihat dari gerakannya, banyak orang berpikir jika Enpi lebih cocok dilakukan orang yang bertubuh kecil, tidak gemuk dan mempunyai kaki yang ringan. Sementara pendapat ini ada benarnya, yang perlu diketahui adalah Enpi boleh dilakukan dengan kekuatan. Tidak ada batasan bahwa kata ini akan selalu tampil cepat. Ada banyak praktisi Shotokan yang memberikan tenaga dalam setiap gerakannya dan mampu mengeksekusi kata ini dengan baik. Dan tahukah Anda jika Enpi versi lawas dari JKA justru tidak mengutamakan pada kecepatan?
Sebelum modernisasi nama asli Enpi adalah Wanshu. Nama ini diduga diambil dari seorang diplomat asal Tiongkok
bernama Wang Ji (1621 – 1689) yang tengah bertugas di Okinawa sekitar tahun 1860-an. Oleh penduduk lokal namanya lalu disebut dengan “Wanshie” atau “Wanshu.” Saat itu memang banyak utusan asal Tiongkok yang ditempatkan di Tomari karena
lokasinya di antara Naha dan pelabuhan. Sebagai diplomat tugas mereka adalah menjadi penghubung antara kekaisaran Tiongkok dengan penguasa setempat.
Menurut legenda selama di Okinawa Wanshu kerap menunjukkan kebolehannya. Beberapa sumber mengatakan kegemarannya adalah mengalahkan lawan dengan melempar atau membanting. Gaya tinju Tiongkok dan kebiasaannya itu kemudian diadaptasi oleh penduduk lokal menjadi sebuah kata dengan nama Wanshu. Selama larangan penggunaan senjata, kata ini dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Awal tahun 1900-an hingga Restorasi Meiji kata Wanshu baru menyebar luas ke Naha dan Shuri.
Barangkali teori yang unik dan terdengar aneh adalah kata Enpi berasal dari gaya pedang samurai ternama Sasaki
Kojiro. Konon salah satu teknik Kojiro mirip dengan gerakan burung layang-layang terbang. Teori ini kurang didukung karena tidak ada bukti yang kuat. Apalagi melihat dari gerakannya, kata Enpi atau Wanshu masih berakar kuat
dengan tinju Tiongkok. Di Okinawa sendiri kata Wanshu banyak digunakan dalam karate tradisional namun dengan penyebutan yang berbeda seperti Hansho, Anshu, Oushu, Washo, dsb.
Dua versi Wanshu yang banyak berkembang saat ini jika ditelusuri berasal dari Sokon Matsumura dan Yasutsune
Itosu. Versi Matsumura bergerak cepat dengan pola embusen yang berbeda dan tanpa lompatan yang menjadi ciri khas Enpi. Walau gerakannya masih terbilang mirip dengan versi Itosu, versi Matsumura lebih memfokuskan pada melempar atau
membanting. Sementara itu versi Itosu yang dipelajari oleh Funakoshi adalah modifikasi dari versi Matsumura dan dapat dilihat dalam Shotokan pada hari ini.
Kata Enpi biasanya akan
diperkenalkan ketika praktisi Shotokan berada pada tingkat kyu 1 atau 2. Beberapa organisasi Shotokan bahkan ada yang terus mendalaminya hingga diatas level nidan. Kata ini sendiri dirancang agar seseorang bergerak cepat dengan
menggunakan jarak yang jauh sebagai keuntungan dalam menyerang. Gerakan yang unik dengan irama yang berubah-ubah dapat membingungkan lawan.
Sayangnya, di turnamen banyak
praktisi Shotokan yang hanya memikirkan kecepatan dan melakukan kata ini dengan tergesa-gesa. Mereka ingin membuat penonton berpikir bahwa mereka mempunyai kecepatan yang bagus. Padahal yang terjadi adalah mereka memotong teknik
disana-sini. Akibatnya, penampilan mungkin saja memukau, tapi eksekusi teknik tetap tidak sempurna.
Agar terhindar dari kesalahan
semacam ini seseorang boleh saja cepat, tapi tetap fokus untuk timing (ketepatan waktu) yang tepat. Jangan lupa untuk memberikan jeda dan tidak perlu tergesa-tergesa. Ingat, karena cepat dan tergesa-gesa adalah dua hal yang
berbeda.
Bicara kata Enpi tidak lengkap rasanya jika tidak membahas lompatan. Selain teknik yang tajam dengan kekuatan pinggul, kata Enpi mempunyai lompatan 360 derajat yang lumayan sulit. Sekedar berbagi rahasia, lompatan yang menjadi ciri khas kata ini aslinya tidak pernah ada. Ini adalah modifikasi dari JKA agar kata Enpi terlihat bagus dengan gerakan atletiknya. Hal yang sama juga terjadi pada kata Unsu.
Teknisnya, arah gerakan yang disebut “tomikomi” ini sama dengan lompatan Enpi. Hanya saja kita diminta memutar ke belakang tanpa merubah ketinggian pinggul dan kedua lututlah yang diangkat. Tujuannya adalah melindungi bagian tengah dan depan tubuh kita dari pukulan.
Sementara itu kedua lutut yang diangkat untuk menghindari serangan bawah seperti sapuan kaki atau ayunan tongkat.
Saat ini kata Enpi sangat populer di turnamen. Namun satu hal yang perlu diingat adalah kata ini sebetulnya mematikan. Banyak gerakan yang frontal dengan menyerang organ vital seperti mata, tenggorokan dan selangkangan. Walau sport karate adalah yang hal menarik, semoga praktisi Shotokan tidak lupa dengan esensi setiap teknik yang ada dalam kata ini. (Indoshotokan)
KATA ORIGINAL SKIF - NIJU HACHI HO?
Sebagai salah satu legenda hidup karate era moderen, nama Hirokazu Kanazawa telah diakui perannya dengan melebarkan sayap Shotokan diluar Jepang. Lewat organisasi yang didirikannya yaitu SKIF (Shotokan Karate International Federation), Kanazawa sukses membuat nama Shotokan berkibar di daratan Eropa, Amerika, Asia dan beberapa negara timur tengah. Kepopuleran SKIF bahkan bisa disandingkan dengan JKA yang sudah lebih dulu berdiri. Kini SKIF telah memiliki puluhan organisasi yang berafiliasi dibawahnya berikut jutaan anggota yang terus bertambah tiap tahunnya.
Sukses itu juga tidak lepas dari Kanazawa yang terus melakukan promosi dengan berbagai coaching clinic (seminar dan pelatihan) serta eksibisi yang terus dilakukannya diluar negeri. Nama Kanazawa sebagai salah satu praktisi karate paling berpotensi agaknya juga mempengaruhi popularitas SKIF. Tidak berlebihan, karena sejak dulu hingga sekarang Kanazawa telah diakui mempunyai kecerdasan yang berbeda dengan rekannya sesama instruktur JKA. Meski sudah tidak muda lagi, Kanazawa masih saja antusias dan inovatif dengan karate. Bahkan Kanazawa sekarang telah membuat gerakan kata baru diluar 26 kata Shotokan klasik.
Niju Hachi Ho adalah salah satu kata baru yang diperkenalkan Kanazawa dalam SKIF. Meski demikian, kabarnya Kanazawa sudah pernah memperlihatkan kata ini sekitar tahun 1996 silam saat berkunjung ke Italia. Namun ketika itu Kanazawa tidak mengajarkannya karena hanya bersifat eksibisi saja. Nama Niju Hachi Ho terdengar familiar? Tentu saja, karena mirip dengan kata Shotokan lainnya yaitu Niju Shi Ho.
Secara garis besar keduanya ternyata sangat berbeda. Meski begitu beberapa gerakan Niju Shi Ho juga ada pada Niju Hachi Ho. Salah satunya adalah mawashi uke (tangkisan melingkar) dipadu dua pukulan yang sama persis dengan Niju Shi Ho. Saat ini Niju Hachi Ho sangat populer dikalangan anggota SKIF yang senior. Bahkan kata ini telah diakui dan digunakan SKIF sebagai salah satu kata yang dipertandingkan.
Sukses itu juga tidak lepas dari Kanazawa yang terus melakukan promosi dengan berbagai coaching clinic (seminar dan pelatihan) serta eksibisi yang terus dilakukannya diluar negeri. Nama Kanazawa sebagai salah satu praktisi karate paling berpotensi agaknya juga mempengaruhi popularitas SKIF. Tidak berlebihan, karena sejak dulu hingga sekarang Kanazawa telah diakui mempunyai kecerdasan yang berbeda dengan rekannya sesama instruktur JKA. Meski sudah tidak muda lagi, Kanazawa masih saja antusias dan inovatif dengan karate. Bahkan Kanazawa sekarang telah membuat gerakan kata baru diluar 26 kata Shotokan klasik.
Niju Hachi Ho adalah salah satu kata baru yang diperkenalkan Kanazawa dalam SKIF. Meski demikian, kabarnya Kanazawa sudah pernah memperlihatkan kata ini sekitar tahun 1996 silam saat berkunjung ke Italia. Namun ketika itu Kanazawa tidak mengajarkannya karena hanya bersifat eksibisi saja. Nama Niju Hachi Ho terdengar familiar? Tentu saja, karena mirip dengan kata Shotokan lainnya yaitu Niju Shi Ho.
Secara garis besar keduanya ternyata sangat berbeda. Meski begitu beberapa gerakan Niju Shi Ho juga ada pada Niju Hachi Ho. Salah satunya adalah mawashi uke (tangkisan melingkar) dipadu dua pukulan yang sama persis dengan Niju Shi Ho. Saat ini Niju Hachi Ho sangat populer dikalangan anggota SKIF yang senior. Bahkan kata ini telah diakui dan digunakan SKIF sebagai salah satu kata yang dipertandingkan.
Jika Niju Shi Ho berarti 24 langkah, maka Niju Hachi Ho berarti 28 langkah (Shi = 4, Hachi = 8). Meski menyandang nama “28”, gerakan kata ini tampil lebih panjang dan berat. Di salah satu newsletter terbitan SKIF disebutkan bahwa Niju Hachi Ho dikembangkan dari teknik Cina Bangau Putih yang juga populer di Okinawa. Selanjutnya dijelaskan juga bentuk yang dilatih dalam SKIF sedikit berbeda dengan versi Shito-ryu yang bernama Nipaipo.
Sayangnya dalam newsletter itu tidak dijelaskan hubungan antara Nipaipo dan Niju Hachi Ho. Hal menarik lainnya, beberapa teknik Niju Hachi Ho juga mirip dengan kata Hakkaku. Kata yang terinspirasi langsung dari gaya burung bangau ini memang sangat jarang terdengar. Konon Kenwa Mabuni (Shito-ryu) mempelajarinya dari orang Cina bernama Go Kenki.
Tidak diragukan lagi dalam Niju Hachi Ho mayoritas tekniknya bukan berasal dari Shotokan. Anda akan menemukan gerakan dari kata Nipaipo dan Kururunfa milik Shito-ryu. Selain itu kuda-kuda mirip pegulat sumo (shiko dachi) yang banyak diaplikasikan kata Seienchin juga tampil disini. Sekedar informasi, bahwa dalam SKIF ternyata juga mengerjakan kata Seienchin dan Seipai diluar kata Shotokan yang standar. Informasi ini cukup mengejutkan memang, namun melihat gaya Kanazawa yang suka keluar masuk dojo karate aliran lain, hal ini dapat dimaklumi. Hal itu terungkap dari wawancara yang dilakukan dengannya. Dari situ Kanazawa tampaknya mengadopsi beberapa kata aliran lain dan disesuaikan dalam organisasinya.
Sayangnya dalam newsletter itu tidak dijelaskan hubungan antara Nipaipo dan Niju Hachi Ho. Hal menarik lainnya, beberapa teknik Niju Hachi Ho juga mirip dengan kata Hakkaku. Kata yang terinspirasi langsung dari gaya burung bangau ini memang sangat jarang terdengar. Konon Kenwa Mabuni (Shito-ryu) mempelajarinya dari orang Cina bernama Go Kenki.
Tidak diragukan lagi dalam Niju Hachi Ho mayoritas tekniknya bukan berasal dari Shotokan. Anda akan menemukan gerakan dari kata Nipaipo dan Kururunfa milik Shito-ryu. Selain itu kuda-kuda mirip pegulat sumo (shiko dachi) yang banyak diaplikasikan kata Seienchin juga tampil disini. Sekedar informasi, bahwa dalam SKIF ternyata juga mengerjakan kata Seienchin dan Seipai diluar kata Shotokan yang standar. Informasi ini cukup mengejutkan memang, namun melihat gaya Kanazawa yang suka keluar masuk dojo karate aliran lain, hal ini dapat dimaklumi. Hal itu terungkap dari wawancara yang dilakukan dengannya. Dari situ Kanazawa tampaknya mengadopsi beberapa kata aliran lain dan disesuaikan dalam organisasinya.
Mungkin sebagian dari Anda telah mengetahui bahwa Kanazawa juga sudah lama mempelajari Tai Chi. Dalam beberapa tulisan di buku dan wawancara dengannya, Kanazawa menjelaskan betapa banyak manfaat Tai Chi yang diperolehnya (terutama teknik pernapasan). Hal inilah yang kemudian diimplementasikan Kanazawa dalam Niju Hachi Ho. Gerakan tangan yang lembut dipadu dengan pernapasan akan sangat kentara di tengah-tengah kata ini. Meski terbilang unik atau aneh, bentuk gerakan seperti ini sebetulnya bukanlah hal baru. Kita ambil contoh kata Unsu Shotokan, jika Anda cukup jeli sebenarnya ada teknik “lembut” mirip Tai Chi yang ditampilkan perguruan karate yang berafiliasi dengan SKIF.
SKIF menggolongkan Niju Hachi Ho benar-benar sebagai kata tingkat lanjut. Sebab dari tekniknya kata ini bervariasi baik kuda-kuda, perputaran tubuh, teknik bertahan dan menyerang balik ke sasaran yang berbeda. Dari segi resikonya, SKIF menyatakan Niju Hachi Ho sangat berbahaya digunakan untuk pertarungan sebenarnya. Bahkan SKIF menjelaskan kata ini sudah cukup berbahaya walau hanya digunakan dalam latihan aplikasi (bunkai). Argumen itu sebenarnya kurang tepat, karena jika dipikirkan semua kata tingkat lanjut (bukan hanya Shotokan) mayoritas memuat teknik yang berbahaya jika dipelajari pemula.
Tahun 2005 Kanazawa dan Rising Sun Productions meluncurkan sebuah DVD karate. Salah satunya berjudul “Mastering Karate”, dimana dalam video itu Kanazawa melibatkan anaknya yaitu Nobuaki Kanazawa dan beberapa instruktur senior SKIF lainnya memperagakan kihon dan kumite. Selain itu gerakan kata dari SKIF termasuk Niju Hachi Ho juga ditampilkan oleh Hirokazu Kanazawa berikut aplikasinya.
Walaupun banyak yang antusias dengan dirilisnya DVD itu, namun ada juga yang mengkritiknya. Salah satunya adalah harga yang dinilai terlalu mahal untuk sebuah DVD karate dengan isi yang tidak lebih dari sebuah upgrade yaitu kata Niju Hachi Ho. Namun bagi mereka yang mengidolakan Kanazawa (mungkin Anda juga) mempelajari kata yang diciptakan oleh sang maestro ini sebetulnya bukanlah hal buruk. Namun karena Niju Hachi Ho tidak dapat digunakan dalam turnamen resmi WKF, tentu sudah menjadi alasan cukup untuk tidak mempelajarinya. (Indoshotokan)
SKIF menggolongkan Niju Hachi Ho benar-benar sebagai kata tingkat lanjut. Sebab dari tekniknya kata ini bervariasi baik kuda-kuda, perputaran tubuh, teknik bertahan dan menyerang balik ke sasaran yang berbeda. Dari segi resikonya, SKIF menyatakan Niju Hachi Ho sangat berbahaya digunakan untuk pertarungan sebenarnya. Bahkan SKIF menjelaskan kata ini sudah cukup berbahaya walau hanya digunakan dalam latihan aplikasi (bunkai). Argumen itu sebenarnya kurang tepat, karena jika dipikirkan semua kata tingkat lanjut (bukan hanya Shotokan) mayoritas memuat teknik yang berbahaya jika dipelajari pemula.
Tahun 2005 Kanazawa dan Rising Sun Productions meluncurkan sebuah DVD karate. Salah satunya berjudul “Mastering Karate”, dimana dalam video itu Kanazawa melibatkan anaknya yaitu Nobuaki Kanazawa dan beberapa instruktur senior SKIF lainnya memperagakan kihon dan kumite. Selain itu gerakan kata dari SKIF termasuk Niju Hachi Ho juga ditampilkan oleh Hirokazu Kanazawa berikut aplikasinya.
Walaupun banyak yang antusias dengan dirilisnya DVD itu, namun ada juga yang mengkritiknya. Salah satunya adalah harga yang dinilai terlalu mahal untuk sebuah DVD karate dengan isi yang tidak lebih dari sebuah upgrade yaitu kata Niju Hachi Ho. Namun bagi mereka yang mengidolakan Kanazawa (mungkin Anda juga) mempelajari kata yang diciptakan oleh sang maestro ini sebetulnya bukanlah hal buruk. Namun karena Niju Hachi Ho tidak dapat digunakan dalam turnamen resmi WKF, tentu sudah menjadi alasan cukup untuk tidak mempelajarinya. (Indoshotokan)