Home » Archives for September 2017
sumber gambar :listverse.com |
KARATE DAN SENJATA ALAMIAH
Beberapa bagian tubuh adalah senjata yang alamiah. Jika bagian tubuh tersebut kita olah sedemikian rupa dengan latihan yang terus menerus atau kontinyu. Tiap bagian tubuh tersebut bermanfaat untuk tangkisan dan serangan yang dapat dipergunakan sebagaimana fungsinya. Dalam hal inilah Karate-do berbeda dengan beladiri lainnya.
Latihan yang teratur adalah salah satu cara untuk mengembangkan senjata alami tersebut menjadi senjata yang dapat dengan tepat digunakan untuk menangkis setiap serangan, ataupun untuk menjatuhkan lawan dengan satu pukulan ataupun satu gerakan lainnya (Ichigeki hissatsu). Latihan bagian tubuh tersebut sangat penting dilakukan secara terus menerus. hal ini betul adanya karena meminjam istilah waktu "nggolek ilmu jaman kuliah" , ada susunan kata yang begitu berkesan bagi penulis yaitu "BISA KARENA TERBIASA". Dengan TERBIASA kita melakukan sesuatau, walaupun sesuatu tersebut kita anggap suatu hal yang sepele, tetapi karena terbiasa melakukan tanpa kita sadari , maka dari tidak bisa, kita akan BISA.
Seperti halnya dalam karate, waktu baru mengenal karate atau masih kyu 10 (baca sabuk putih), setiap mereka kesulitan dalam melakukan setiap gerakan, gerakan terasa kaku, dan begitu berat setiap melangkah. Kekakuan tersebut dapat dirubah tentunya dengan latihan secara bertahap dengan kebiasaan yang terus menerus dan dengan ketlatenan dan kesabaran yang ekstra tinggi (mungkin terlalu berlebihan), tapi begitulah adanya.
Dalam karate latihan berat saja tidak cukup untuk merubah senjata alami tersebut menjadi senjata yang efektif, tanpa dibarengi dengan suatu kebiasan, yang extreme mungkin bisa dikatakan dengan istilah "mendarah daging". Istilah ini mungkin sangat tepat digunakan bagi mereka yang telah berhasil mengubah senjata alami tersebut menjadi senjata yang tajam bagai pisau yang siap digunakan. Itulah karate.... setiap bagian tubuh adalah senjata alamiah yang siap digunakan.
Sumber :
http://karate-inkaiponorogo.blogspot.co.id/2011/09/karate-dan-senjata-alamiah.html
Inkai Ranting Karate Amboy
September 19, 2017
CB Blogger
IndonesiaLatihan yang teratur adalah salah satu cara untuk mengembangkan senjata alami tersebut menjadi senjata yang dapat dengan tepat digunakan untuk menangkis setiap serangan, ataupun untuk menjatuhkan lawan dengan satu pukulan ataupun satu gerakan lainnya (Ichigeki hissatsu). Latihan bagian tubuh tersebut sangat penting dilakukan secara terus menerus. hal ini betul adanya karena meminjam istilah waktu "nggolek ilmu jaman kuliah" , ada susunan kata yang begitu berkesan bagi penulis yaitu "BISA KARENA TERBIASA". Dengan TERBIASA kita melakukan sesuatau, walaupun sesuatu tersebut kita anggap suatu hal yang sepele, tetapi karena terbiasa melakukan tanpa kita sadari , maka dari tidak bisa, kita akan BISA.
Seperti halnya dalam karate, waktu baru mengenal karate atau masih kyu 10 (baca sabuk putih), setiap mereka kesulitan dalam melakukan setiap gerakan, gerakan terasa kaku, dan begitu berat setiap melangkah. Kekakuan tersebut dapat dirubah tentunya dengan latihan secara bertahap dengan kebiasaan yang terus menerus dan dengan ketlatenan dan kesabaran yang ekstra tinggi (mungkin terlalu berlebihan), tapi begitulah adanya.
Dalam karate latihan berat saja tidak cukup untuk merubah senjata alami tersebut menjadi senjata yang efektif, tanpa dibarengi dengan suatu kebiasan, yang extreme mungkin bisa dikatakan dengan istilah "mendarah daging". Istilah ini mungkin sangat tepat digunakan bagi mereka yang telah berhasil mengubah senjata alami tersebut menjadi senjata yang tajam bagai pisau yang siap digunakan. Itulah karate.... setiap bagian tubuh adalah senjata alamiah yang siap digunakan.
Sumber :
http://karate-inkaiponorogo.blogspot.co.id/2011/09/karate-dan-senjata-alamiah.html
Karate, Sebagai Seni bela diri
KARATE merupakan suatu seni beladiri yang cukup digemari oleh banyak orang di Indonesia, seperti halnya cabang olahraga Bulutangkis ataupun sepakbola. Hal ini terbukti dengan banyaknya para peminat yang terdiri dari berbagai macam lapisan masyarakat, baik pria dan wanita maupun tua dan muda. Dan ini tidak hanya dikota-kota besar saja akan tetap! juga dikota-kota kecil dibumi Nusantara ini.
Dengan memasyarakatnya KARATE ini, sering kali terjadi anggapan yang salah tentang KARATE itu sendiri. KARATE seolah-olah hanyalah sejenis beladiri yang hanya mengutamakan bentuk kekerasan maupun kesadisan yang nampaknya kurang manusiawi, atau suatu bentuk pameran kekuatan belaka dengan memecahkan benda-benda keras seperti : batu bata , batu kali, besi beton, papan dan es balok dengan menggunakan kepala, tangan dan kaki. Penafsiran seperti tersebut diatas sangatlah disayangkan.
KARATE-DO terdiri dari kata KARA yang artinya KOSONG, kemudian TE berarti TANGAN, dan DO berarti JALAN yaitu seni beladiri itu sendiri. Dengan demikian pengertian KARATE-DO ialah suatu seni beladiri tangan kosong, dimana seluruh bagian dari tangan dan kaki dilatih secara sistimatis untuk dapat mengendalikan serangan yang mendadak seperti halnya bilamana menggunakan senjata.
Tujuan dari pada KARATE-DO itu sendiri ialah untuk menambah kekuatan dan meningkatkan ketahanan phisik serta membentuk teratur pribadi yang baik dan berbudi luhur dengan melalio latihan yang tekun dan menggunakanmetode yang tepat dan benar, agar seseorang dapat mengatasi segala macam bentuk rintangan dalam situasi dan kondisi yang bagaimana juga.
Secara garis besar bentuk latihan dari KARATEKA terbagi dalam 3 (tiga) macam :
1. KIHON (dasar) yaitu Tangkisan (Uke), Tinjuan/pukulan (Tsuki), Sentakan (Uchi), Tendangan (Keri) dan Sapuan (Harai).
2. KUMITE (pertarungan)
3. KATA (jurus) yaitu semua gerakan dasar yang dirangkaikan menjadi suatu kesatuan bentuk gerakan yang indah, bertenaga serta berirama.
Disamping ketiga macam bentuk latihan tersebut, masih banyak bentuk latihan lainnya seperti :
- Tehnik pernafasan
- Pemusatan tenaga dan kecepatan
- Pengencangan dan pengendoran otot
- Pemanfaatan perputaran pinggul
- Pengaturan irama dan tepat
Dari semua bentuk latihan yang dilakukan, pada prinsipnya ialah untuk menciptakan "KIME" atau "PENENTU" yang mana ini merupakan hakekat dari pada KARATE-DO itu sendiri. "KIME" atau "PENENTU" ialah sikap/gerakan KARATE yang bentuknya benar dan harmonis, tepat sasaranya. dengan tenaga dan kecepatan yang maksimal diserta dengan penguasaan diri yang ketat, sehingga sewaktu pukutan atau tendangan mencapai pada titik vital segera dihentikan.
Apabila kita kaji lebih jauh KARATE-DO mempunyai beberapa aspek yang menarik untuk dipahami, antara lain seni, olahraga.
Aspek SENI, dapat kita lihat pada peragaan jenis KATA, dimana pada peragaannya tampak gerakan-gerakan yang indah, bertenaga, berirama dan dapat diterima oleh logika serta yang lebih dari itu menunjukkan sifat keagungan, kemuliaan dan ketenangan. Seorang karateka dalam memperagakan KATA harus dapat membayangkan bahwa dia sedang menyelesaikan suatu pertarungan mengahadapi musuh-musuh yang menyerang dari beberapa penjuru.
Aspek OLAH RAGA, tercakup karena karate merupakan suatu bentuk latihan yang dapat menjaga keseimbangan bahkan meningkatkan kesehatan dan juga menambah kekuatan otot-otot dan bagian tubuh tertentu. Disamping itu KARATE dapat juga dipertandingkan seperti cabang olahraga lainnya, baik itu jenis KUMITE maupun KATA.
Aspek PSIKOLOGI, terlihat karena melalui KARATE-DO pada diri setiap pengikutnya akan dapat ditumbuhkan:
- Jiwa "SATRIO PINANDITO" yang artinya gagah berani, berbudi luhur dan rendah hati.
- Rasa percaya pada diri sendiri.
- Rasa hormat baik pada kawan maupun lawan.
- Sikap sprotif dan disiplin.
Akhirnya sejalan dengan program pemerintah yaitu
"MEMASYARAKATKAN OLAHRAGA DAN MENGOLAHRAGAKAN MASYARAKAT" dengan ini penulis mengaiak para pembaca, MARILAH KITA BEROLAHRAGA KARATE. Ada sebuah ungkapan yang mengatakan : "Berawal dari mengenal kemudian meningkat menjadi suatu keakraban dan akhirnya mencintai". Nah, silahkan mencoba.
Sumber : Artikel diterima by email dari Sensei Eddy Gobel
Inkai Ranting Karate Amboy
September 15, 2017
CB Blogger
IndonesiaSumber : Artikel diterima by email dari Sensei Eddy Gobel
5
Senjata Mematikan di Tubuh Perempuan
Perempuan sering berada dalam posisi terjepit, dan ketakutan ketika menghadapi seorang pengganggu. Namun, entah orang itu hanya ingin iseng mencolek, atau ingin menguasai barang pribadi Anda, seharusnya Anda tidak membiarkannya.
"Perempuan jangan hanya diam, karena jika diam, pelaku akan jauh lebih berani bertindak," tegas Lia Nurlianty, pelatih Woman Self Defence of Kushin Ryu (WSDK), bela diri praktis untuk perempuan, yang bermarkas di kawasan Kopo, Bandung.
Perempuan juga perlu tahu, bahwa ada beberapa bagian dari tubuhnya yang bisa dimanfaatkan untuk membela diri, atau menyerang pengganggunya. Personal trainer dan pemegang sabuk hitam karate, Jennifer Cassetta, menciptakan Stiletto and Self Defense. Workshop-nya ini mengajarkan perempuan modern untuk menghindari situasi berbahaya, menjadi lebih waspada dan percaya diri, bahkan menyerang balik bila diperlukan. Ia memaparkan lima bagian tubuh perempuan yang bisa dijadikan senjata untuk menyerang lawan.
1. Kaki
Gunanya adalah untuk berlari. Jika Anda mendapati diri Anda berada dalam situasi berbahaya, tak perlu langsung berusaha melawan. Pertahanan diri pertama yang bisa Anda lakukan adalah berlari untuk meminta bantuan.
2. Suara
Berteriaklah pada si pengganggu, bila mungkin sumpahi saja dia. Karena teriakan dan sumpah serapah akan membuat penyerang Anda sadar bahwa ia tidak bisa memperlakukan Anda sembarangan. Suara Anda akan menjadi senjata yang ampuh jika digunakan dengan benar, misalnya untuk menarik perhatian orang lain. Tetapi perhatikan cara Anda berteriak. Jangan berteriak dengan suara dari tenggorokan, karena Anda bisa kehilangan suara justru saat Anda membutuhkannya. Tarik suara dari dalam perut.
3. Lutut
Jika Anda tak mampu berlari karena posisi si penyerang sudah keburu dekat dengan Anda, gunakan senjata mematikan yang ada di tubuh Anda ini. Lutut bisa digunakan untuk menendang selangkangan si pengacau. Paling tidak, dia akan langsung terkapar sehingga memberi kesempatan pada Anda untuk melarikan diri. Bila ia masih berusaha menyerang, Anda bisa melancarkan gerakan lain.
4. Siku
Siku juga merupakan senjata untuk serangan jarak dekat. Gunakan siku Anda untuk menyerang dagu, kepala, perut, atau selangkangan juga. Hal ini dimungkinkan karena siku kita terbuat dari tulang-tulang yang padat, dan dapat melukai penyerang Anda. Ketika diserang dari depan, sikutkan tangan Anda ke samping kepalanya, wajah, atau dagu sehingga kepalanya terdongak ke atas. Jika pengganggu itu menarik Anda dari belakang, sikut ulu hatinya untuk membuatnya KO. Atau, sasarkan saja pada area selangkangannya.
5. Jari-jari tangan
Bila posisi Anda dalam cengkeraman si penyerang, dan kepalanya cukup dekat dengan Anda, tikam dengan jari-jari Anda. Gunakan kuku Anda untuk mencolok matanya. Ibu jari juga bisa berfungsi dengan baik, yaitu untuk mendorong kepalanya ke belakang. Dengan demikian, area tubuhnya yang lagi terbuka, dan memungkinkan Anda untuk melonggarkan cengkeramannya. Selanjutnya, segeralah melarikan diri.
Sumber : Kompas
Inkai Ranting Karate Amboy
September 12, 2017
CB Blogger
Indonesia
Nunchaku Tradisional & Modern
Nunchaku awal (kayu kekang kuda) |
Senjata tumpul yang satu ini boleh dibilang sebagai senjata beladiri paling popular di dunia.
Kepopularan nunchaku dimulai ketika mendiang Bruce Lee menggunakan nunchaku dalam aksi laga di sejumlah filmnya.
Sejatinya, nunchaku adalah senjata‘dadakan’ masyarakat Okinawa tempo doeloe. Nunchaku muncul karena kala itu ada larangan dari kerajaan bahwa masyarakat tidak boleh membawa senjata tajam di luar rumah. Bagi yang melanggar, bersiap menghadapi para samurai yang tidak segan menebaskan katana-nya.
Nunchaku melawan pedang |
Kata nunchaku dipercaya berasal dari pelafalan Jepang terhadap istilah Cina untuk tongkat dua bagian (Chang Xiao Ban). Namun bisa saja berasal dari nun (ヌン), berarti "kembar" dan shaku (尺), panjang rata-rata dua bagian nunchaku.
Ada dua versi muasal nunchaku. Kabarnya, nunchaku adalah sepasang kayu kekang kuda yang digunakan sebagai senjata. Kabar lainnya, nunchaku adalah alat pertanian berupa sepasang kayu pendek yang disambung dengan tali berbahan potongan ekor kuda. Gunanya, mengapit ikatan rumpun padi yang baru dipanen untuk dipukulkan sehingga bulir padi mudah lepas.
Terlepas soal dua versi di atas, nunchaku kemudian menjadi senjata resmi seni beladiri kobudo. Modifikasi nunchaku kemudian menjadi beberapa bentuk, ada nunchaku tradisional berbentuk sepasang kayu bulat bersambung tali, adapula nunchaku bersambung rantai untuk kategori nunchaku modern.
Gaya nunchaku modern |
Nunchaku modern juga banyak ragamnya. Sepasang kayu bulat diganti menjadi sepasang besi atau aluminium berbentuk pipa. Adalagi bahan plastik yang di dalamnya menggunakan lampu otomatis. Saat nunchaku dimainkan, lampu tersebut menyala warna-warni
Selain bentuk yang dimodifikasi, teknik permainan nunchaku juga semakin atraktif. Jika versi kobudo tekniknya monoton dan umumnya menggunakan satu nunchaku, maka versi modern tekniknya variatif dan satu atau dua nunchaku sekaligus. Teknik variatif lainnya, nunchaku diputar di sela jemari atau melempar nunchaku ke udara. Bermain nunchaku sambil salto atau melakukan tendangan melompat.
Satu hal mendasar, cara memegang nunchaku gaya tradisional (kobudo) adalah di bagian bawah batang kayunya. Sedangkan gaya modern, tidak terikat aturan, umumnya memegang di bagian atas dekat sambungan kedua batang kayu.
Jika nunchaku tradisional ada rangkaian jurus (kata) yang harus dimainkan, nunchaku modern bebas merangkai koreografi, sesuai improvisasi praktisinya.
Sumber :
http://martialartist-area.blogspot.sg/2011/11/nunchaku-tradisional-modern.html
Inkai Ranting Karate Amboy
September 07, 2017
CB Blogger
IndonesiaSelain bentuk yang dimodifikasi, teknik permainan nunchaku juga semakin atraktif. Jika versi kobudo tekniknya monoton dan umumnya menggunakan satu nunchaku, maka versi modern tekniknya variatif dan satu atau dua nunchaku sekaligus. Teknik variatif lainnya, nunchaku diputar di sela jemari atau melempar nunchaku ke udara. Bermain nunchaku sambil salto atau melakukan tendangan melompat.
Satu hal mendasar, cara memegang nunchaku gaya tradisional (kobudo) adalah di bagian bawah batang kayunya. Sedangkan gaya modern, tidak terikat aturan, umumnya memegang di bagian atas dekat sambungan kedua batang kayu.
Jika nunchaku tradisional ada rangkaian jurus (kata) yang harus dimainkan, nunchaku modern bebas merangkai koreografi, sesuai improvisasi praktisinya.
Sumber :
http://martialartist-area.blogspot.sg/2011/11/nunchaku-tradisional-modern.html
NUNCHAKU
Nunchaku (二節棍), atau istilah lain dikenal sbg Nisetsukon / Nichaku, Shuang Jie Gun (兩節棍)/ Er Jie Gun (二節棍), mulai diadopsi oleh masyarakat Ryukyu sejak sekitar tahun 400-200SM. yaitu sejak zaman migrasi 36 kepala keluarga dari China ke Kumemura (Kuninda), Okinawa - Kep. Ryukyu.
Pada awalnya, nunchaku merupakan alat pertanian yg dipergunakan untuk merontokkan biji-bijian pada padi maupun kacang-kacangan seperti kedelai dan sejenisnya. Cara penggunaannya pada dasarnya hampir mirip penggunaan Flail. Alat lain yg mirip dengan nunchaku dalam hal susunannya adalah alat yg bernama Muge. Muge ini adalah alat yg dipakai sebagai bagian dari pengendali kuda, bagian yang diikatkan pada sekitar rahang kuda hingga ke giginya. Bagian tali dari Muge itulah yg nanti digigit oleh kuda. Ada 2 macam Muge, yaitu muge berbilah ganda dan muge yang berbilah 3 yang disebut sebagai Hamuge. pada Hamuge, bilah yang di tengah itu yg sebagai tempat yg digigit oleh kuda.
Pada masa pelarangan senjata dalam masa pemerintahan Dinasti Sho pada kerajaan Ryukyu, penggunaan alat-alat pertanian sebagai alternatif sarana alat membela/mempertahankan diri makin diberdayakan. Terlebih pada masa pendudukan clan Satsuma (golongan samurai dengan background aliran Jigen-ryu) dari Jepang yang menganeksasi Kerajaan Ryukyu. Pemberdayaan alat-alat pertanian, peternakan, perdagangan dan alat untuk mencari ikan sebagai alternatif senjata makin diasah.
Bagian-bagian dari nunchaku tradisional itu sendiri adalah sebagai berikut:
- Himo, seutas tali yang menghubungkan kedua belah bilah nunchaku.
- Ana, lubang yang ada pada ujung atas nunchaku yg gunanya untuk masuknya Himo saat mengikat nunchaku.
- Kusari, penghubung bilah nunchaku alternatifnya adalah dengan menggunakan rantai.
- Kontou, bagian kepala nunchaku, yang dihubungkan dengan tali atau rantai.
- Jukonbu, bagian atas bilah nunchaku yang dapat dipegang.
- Chukonbu, bagian tengah bilah nunchaku yang dapat dipegang.
- Gekonbu, bagian bawah bilah nunchaku yang dapat dipegang.
- Kontei, bagian pantat nunchaku.
Perbedaan bentuk nunchaku tradisional antara Ryukyu dengan China adalah pada bilahnya, yaitu pada Ryukyu dengan bilah berbentuk octagon maupun hexagon dan pada China memiliki bilah silinder. Umumnya bilah nunchaku masa tradisional dibuat dari kayu keras semacam oak (merah maupun putih), kayu loquat, dan kayu pasania, yang setelah dipoles kemudian dilapis dng minyak agar menjadi liat dan tahan lama.
Teknik-teknik tradisional penggunaan nunchaku secara turun-temurun diwariskan oleh Maezato, Kuniba, Nanbu , Yara, Matsumura, Taira, dan lain-lain dalam bentuk form/jurus/kata yg ada pada Ryukyu Kobudo.
Nunchaku mulai menyebar ke wilayah-wilayah terdekat dari kepulauan Ryukyu seperti ke daerah Filipina (selatan dari Ryukyu & Taiwan) dikenal sebagai Tabak-Toyok, dan menyebar pula ke Jepang tetap menggunakan istilah yang sama "Nunchaku" hanya penulisannya dengan katakana (menunjukkan bahwa istilah ini adalah istilah asing/ diadopsi dari luar Jepang). Untuk penggunaan di Indonesia, khususnya sekitar pulau Jawa, nunchaku dikenal dengan istilah "ruyung".
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Nunchaku
Inkai Ranting Karate Amboy
September 05, 2017
CB Blogger
Indonesia
Pelajaran dari Tameshiwari
Tameshiwari
atau teknik mematahkan, menghancurkan atau memecahkan benda keras, menjadi sebuah tontonan menarik yang kerap ditampilkan pada even seni beladiri.
Kemampuan fisik mematahkan potongan kayu, stik base ball, batang besi, kikir,menghancurkan tumpukan bata, genteng, balok es dan sebagainya ini dipelajari di sejumlah perguruan seni beladiri, salah satunya Karate dan memang istilah Tameshiwari sendiri berasal dari seni beladiri negeri matahari terbit tersebut.
Masing-masing perguruan memiliki metode latihan tameshiwari. Ada yang menerapkan latihan pernapasan yang berkorelasi dengan penghimpunan tenaga dalam, adapula hanya mengandalkan latihan fisik semata.
Terlepas dari bagaimana melatih tameshiwari, jika dikaji lebih jauh ilmu ini memberikan banyak pelajaran bagi praktisi beladiri.
Agar tangan, kaki, kepala dan berbagai anggota tubuh lainnya mampu 'mengalahkan' benda keras, diperlukan latihan rutin yang memakan waktu panjang. Di sinilah dituntut ketekunan, kerja keras, kesabaran dan kehati-hatian dalam mencapai satu tujuan.
Sebelum mempraktikkan tameshiwari, terlebih dahulu melakukan persiapan diri. Di sini diperlukan konsentrasi, pengendalian diri, peningkatan keyakinan dengan berdoa dan sugesti yang kuat sehingga timbul kepercayaan diri .
Nah, dengan berlatih tameshiwari, tidak semata peningkatan kemampuan fisik yang kita dapat, tapi juga peningkatan mental dan spiritual.
Sumber : http://martialartist-area.blogspot.com/2009/02/pelajaran-dari-tameshiwari.html
Inkai Ranting Karate Amboy
September 04, 2017
CB Blogger
IndonesiaKemampuan fisik mematahkan potongan kayu, stik base ball, batang besi, kikir,menghancurkan tumpukan bata, genteng, balok es dan sebagainya ini dipelajari di sejumlah perguruan seni beladiri, salah satunya Karate dan memang istilah Tameshiwari sendiri berasal dari seni beladiri negeri matahari terbit tersebut.
Masing-masing perguruan memiliki metode latihan tameshiwari. Ada yang menerapkan latihan pernapasan yang berkorelasi dengan penghimpunan tenaga dalam, adapula hanya mengandalkan latihan fisik semata.
Terlepas dari bagaimana melatih tameshiwari, jika dikaji lebih jauh ilmu ini memberikan banyak pelajaran bagi praktisi beladiri.
Agar tangan, kaki, kepala dan berbagai anggota tubuh lainnya mampu 'mengalahkan' benda keras, diperlukan latihan rutin yang memakan waktu panjang. Di sinilah dituntut ketekunan, kerja keras, kesabaran dan kehati-hatian dalam mencapai satu tujuan.
Sebelum mempraktikkan tameshiwari, terlebih dahulu melakukan persiapan diri. Di sini diperlukan konsentrasi, pengendalian diri, peningkatan keyakinan dengan berdoa dan sugesti yang kuat sehingga timbul kepercayaan diri .
Nah, dengan berlatih tameshiwari, tidak semata peningkatan kemampuan fisik yang kita dapat, tapi juga peningkatan mental dan spiritual.
(Baca juga : Tameshiwari)
Sumber : http://martialartist-area.blogspot.com/2009/02/pelajaran-dari-tameshiwari.html
TAMESHIWARI
Bagi orang awam atau mereka yang tidak memahami bahkan tidak pernah bersentuhan dengan Seni Beladiri Karate, di manapun di dunia ini umumnya sangat kagum dan tertarik melihat seorang memperagakan` Tameshiwari ` yang sering digandengkan dalam suatu pertunjukan Karate. Entah pertandingan ataupun sekedar demonstrasi, sehingga Karate sering diidentikan dengan Tameshiwari. Seolah-olah Karate itu Tameshiwari dan Tameshiwari adalah Karate. Tameshiwari adalah teknik memecah belah benda keras dengan organ tubuh, seperti dengan tangan, kaki atau juga kepala yang sering melengkapi dan menyertai pertandingan atau demonstrasi karate.
Tameshiwari dipersiapkan sebelumnya dengan baik sehingga hasilnya terlihat sangat spektakuler dan dahsyat. Pada umumnya yang menjadi obyek memang benda statis seperti batu bata, papan kayu, balok es, dan lain sebagainya. Sehingga konsentrasi, pengerahan tenaga, kekuatan dan kecepatan bisa dilakukan dengan baik dan nyaris sempurna ke arah titik fokus sasaran. Karena obyek bukan benda bergerak, maka titik sasaran bisa dikenai dengan jitu dan tepat. Akibatnya, tameshiwari bisa dilakukan dengan baik dan berhasil, berbeda dengan target yang bergerak.
Master Oyama, sebagai pendiri Kyokushinkai Karate adalah orang yang layak disebut sebagai pelopor dalam mempopulerkan teknik pemecahan benda benda keras ini khususnya pada abad ke 20, terutama setelah Perang Dunia II. Ketrampilan ini sudah dipersiapkan melalui latihan keras jauh sebelumnya. Kekuatan dan keampuhan khususnya bagian tangannya (Shuto - Pisau Tangan) dan Seiken (Kepal Tangan) terkenal amat dahsyat. Memecah belah atau mematahkan benda benda keras yang diperagakan pada mula kebangkitan sistem Aliran Kyokushin ini sering merupakan demonstrasi yang jarang dilakukan karateka lain yang lahir dengan sistem berbeda sebelumnya. Demonstrasi seperti ini sering diperagakan di dalam negeri maupun di luar Jepang yaitu dengan mengadakan tur ke ke Amerika Serikat, sebagai pintu gerbang utama yang memunginkan segala sesuatu cepat dikenal secara mendunia apabila mendapat perhatian dan respons baik serta sambutan masyarakat dan media massa Negara Paman Sam tersebut.
Karate saat itu Karate kepopulerannya menurun dibandingkan Seni Beladiri yang lain seperti Judo, Jujitsu. Terutama di Indonesia, karate masih jarang dikenal, kecuali melalui berita media massa yang ada. Karate mulai masuk Indonesia sekitar tahun 1964, yaitu aliran Shotokan yang dibawa oleh Bapak Drs. Baud A.D. Adikusumo dan kemudian oleh beberapa Karateka lain setelah mereka menyelesaikan studinya di Jepang. Kebanyakan beraliran Shotokan yang merupakan aliran tertua di Jepang dan ada juga yang masuk hampir bersamaan dari aliran Goju Ryu dan Wado Ryu.
Master Oyama lahir di Korea pada tahun 1923 pada saat Master Gichin Funakoshi sebagai `Pelopor` Karate modern membawa masuk dan memperkenalkan Seni Beladiri ini dari Pulau Okinawa yang dikenal dengan nama Okinawa te (Tangan orang Okinawa) ke Jepang yang akhirnya diberi nama `Karate` (Kara = Kosong, Te = Tangan). Aliran Shotokan yang dikembangan Master Gichin Funakoshi, Bapak Karate Modern ini merupakan Aliran Tertua Karate yang tumbuh di Jepang. Di Pulau Okinawa memang dikenal tiga kelompok Seni Beladiri yang menamakan diri sebagai : Naha te, Tomari te dan Okinawa te.
Okinawa te yang mungkin keras, kasar, kurang sistematis dan tidak tertata secara ilmiah, dibenahi oleh Gichin Funakoshi. Kejadian ini seperti halnya Ju Jitsu yang dimodernisir dan diilmiahkan serta disusun secara lebih sistematis menjadi Judo oleh Prof. Jigoro Kano dan bisa dipertandingkan menjadi Judo Olah Raga yang kita kenal hingga sekarang. Prof. Morihei Uyeshiba memperkenalkan Aikido untuk kalangan elite dan atas serta para bangsawan saja saat itu. Beberapa tokoh seni beladiri memperkenalkan sistemnya seperti Master Gogen Yamaguchi dengan Goju Ryunya, Master Kenwa Mabuni dan lain lain.
Di Jepang memang terdapat puluhan macam aliran karate setelah itu tetapi hanya beberapa yang bertahan dan dikenal luas di dunia hingga kini. Dalam melakukan Tameshiwari, walau semua itu sudah dipersiapkan dengan baik dan maksimal masih juga terjadi kegagalan.
Master Oyama cukup sportif juga dan mengakui, dirinya yang demikian perkasa pernah juga babak belur dikeroyok beberapa pemuda gang hingga terpaksa dirawat di rumah sakit. Tiada sesuatu yang mutlak kecuali Tuhan Yang Maha Kuasa. Usaha mencari popularitas dan keuntungan materi terjadi pada Peristiwa Bandot Rahardo yang mencoba memukul dan mematahkan tanduk sapi jantan yang tidak seberapa besar di Senayan sekitar tahun 1960 umpamanya, yang gagal total dan demonstrasi-demonstrasi pemecahan benda keras hasil trik dan rekayasa yang kemudian bermunculan disana sini dan sering justru memancing kekecewaan dan cemooh.
Segera setelah apa yang dilakukan oleh Pendiri Aliran Kyokushin Karate ini, di dunia muncul tiruan-tiruan dan teknik-teknik imitasi yang berbau penipuan dengan berbagai trik dan rekayasa. Semuanya ini bukan hasil usaha yang tekun dan murni karena kekuatan fisik dan mental yang terbentuk melalui latihan yang berat dan dicapai dalam jangka waktu yang cukup panjang, tetapi sekedar ingin populer secara mendadak dan mencampuradukkan pengertian yang sebenarnya dengan sesuatu pandangan yang keliru sehingga menimbulkan kerancuan yang sering mengakibatkan pandangan yang salah dari masyarakat luas terhadap karate.
Akibat kesalahpahaman dan salah anggapan yang sudah jauh masuk dalam pikiran orang awam serta mereka yang tidak memahami arti sesungguhnya hubungan antara Tameshiwari dan Seni Beladiri Karate, sering timbul pendewaan dan mengagung-agungkan kebisaan ini sehingga seorang yang sanggup memecah belah benda-benda keras dengan organ tubuhnya lalu digelari `Jago Karate`. Nilai seorang karateka jadi merosot dan dangkal. Memang, seorang karateka yang terbina dengan baik, lengkap dan berimbang, setidak tidaknya mempunyai kemampuan melakukan `Tameshiwari` sekedar sebagai pelengkap ilmunya demi untuk memenuhi syarat bahwa arti `KARATE` adalah `TANGAN KOSONG`. Senjata utama seorang karateka memang adalah bagian badannya, khususnya bagian tangan untuk membela diri. Umpama Seiken (Kepal Tangan) dan Shuto (Pisau Tangan) yang berfungsi menonjol dan dominan disamping kegunaan kaki. Kedua bagian tubuh ini terasa paling praktis untuk membela diri dan melumpuhkan lawan. Kaki berguna dan seyogyanya tidak diabaikan kemampuannya karena kekuatan kaki bisa berlipat ganda dari tenaga tangan asal terlatih.
Demikianlah seorang karateka karena kesiapannya bisa melakukan `Tameshiwari` yang berimbang dengan kondisi fisiknya dan kemampuannya,tetapi sebaliknya, seorang yang sanggup melakukan `Tameshiwari` betapapun hebatnya, belum tentu seorang karateka, karena seorang karateka tidak diukur dan dinilai kemampuan lahiriah belaka atau sekedar kekuatan fisik yang dimilikinya, walau sanggup menampilkan kesuperiorannya yang mengagumkan.
Berlatih seni beladiri (karate), mendalaminya dan memahami arti yang sebenarnya, berarti sanggup menekan nafsu dan mengendalikan diri sendiri yang sering bersifat egosentris. Bukan malahan dengan menguasai Seni Beladiri, seseorang makin gampang mengumbar nafsu angkara murkanya bermodalkan kelebihannya, apalagi pamer diri secara penuh keangkuhan dan kecongkakan serta merasa bangga diri bisa melecehkan pihak lain khususnya terhadap mereka yang tak berdaya. Mencelakai sesamanya karena mengagung-agungkan kelebihan dan kemampuan fisiknya.
Sumber gambar : karatebyjesse.com
Tameshiwari dipersiapkan sebelumnya dengan baik sehingga hasilnya terlihat sangat spektakuler dan dahsyat. Pada umumnya yang menjadi obyek memang benda statis seperti batu bata, papan kayu, balok es, dan lain sebagainya. Sehingga konsentrasi, pengerahan tenaga, kekuatan dan kecepatan bisa dilakukan dengan baik dan nyaris sempurna ke arah titik fokus sasaran. Karena obyek bukan benda bergerak, maka titik sasaran bisa dikenai dengan jitu dan tepat. Akibatnya, tameshiwari bisa dilakukan dengan baik dan berhasil, berbeda dengan target yang bergerak.
Master Oyama, sebagai pendiri Kyokushinkai Karate adalah orang yang layak disebut sebagai pelopor dalam mempopulerkan teknik pemecahan benda benda keras ini khususnya pada abad ke 20, terutama setelah Perang Dunia II. Ketrampilan ini sudah dipersiapkan melalui latihan keras jauh sebelumnya. Kekuatan dan keampuhan khususnya bagian tangannya (Shuto - Pisau Tangan) dan Seiken (Kepal Tangan) terkenal amat dahsyat. Memecah belah atau mematahkan benda benda keras yang diperagakan pada mula kebangkitan sistem Aliran Kyokushin ini sering merupakan demonstrasi yang jarang dilakukan karateka lain yang lahir dengan sistem berbeda sebelumnya. Demonstrasi seperti ini sering diperagakan di dalam negeri maupun di luar Jepang yaitu dengan mengadakan tur ke ke Amerika Serikat, sebagai pintu gerbang utama yang memunginkan segala sesuatu cepat dikenal secara mendunia apabila mendapat perhatian dan respons baik serta sambutan masyarakat dan media massa Negara Paman Sam tersebut.
Karate saat itu Karate kepopulerannya menurun dibandingkan Seni Beladiri yang lain seperti Judo, Jujitsu. Terutama di Indonesia, karate masih jarang dikenal, kecuali melalui berita media massa yang ada. Karate mulai masuk Indonesia sekitar tahun 1964, yaitu aliran Shotokan yang dibawa oleh Bapak Drs. Baud A.D. Adikusumo dan kemudian oleh beberapa Karateka lain setelah mereka menyelesaikan studinya di Jepang. Kebanyakan beraliran Shotokan yang merupakan aliran tertua di Jepang dan ada juga yang masuk hampir bersamaan dari aliran Goju Ryu dan Wado Ryu.
Master Oyama lahir di Korea pada tahun 1923 pada saat Master Gichin Funakoshi sebagai `Pelopor` Karate modern membawa masuk dan memperkenalkan Seni Beladiri ini dari Pulau Okinawa yang dikenal dengan nama Okinawa te (Tangan orang Okinawa) ke Jepang yang akhirnya diberi nama `Karate` (Kara = Kosong, Te = Tangan). Aliran Shotokan yang dikembangan Master Gichin Funakoshi, Bapak Karate Modern ini merupakan Aliran Tertua Karate yang tumbuh di Jepang. Di Pulau Okinawa memang dikenal tiga kelompok Seni Beladiri yang menamakan diri sebagai : Naha te, Tomari te dan Okinawa te.
Okinawa te yang mungkin keras, kasar, kurang sistematis dan tidak tertata secara ilmiah, dibenahi oleh Gichin Funakoshi. Kejadian ini seperti halnya Ju Jitsu yang dimodernisir dan diilmiahkan serta disusun secara lebih sistematis menjadi Judo oleh Prof. Jigoro Kano dan bisa dipertandingkan menjadi Judo Olah Raga yang kita kenal hingga sekarang. Prof. Morihei Uyeshiba memperkenalkan Aikido untuk kalangan elite dan atas serta para bangsawan saja saat itu. Beberapa tokoh seni beladiri memperkenalkan sistemnya seperti Master Gogen Yamaguchi dengan Goju Ryunya, Master Kenwa Mabuni dan lain lain.
Di Jepang memang terdapat puluhan macam aliran karate setelah itu tetapi hanya beberapa yang bertahan dan dikenal luas di dunia hingga kini. Dalam melakukan Tameshiwari, walau semua itu sudah dipersiapkan dengan baik dan maksimal masih juga terjadi kegagalan.
Master Oyama cukup sportif juga dan mengakui, dirinya yang demikian perkasa pernah juga babak belur dikeroyok beberapa pemuda gang hingga terpaksa dirawat di rumah sakit. Tiada sesuatu yang mutlak kecuali Tuhan Yang Maha Kuasa. Usaha mencari popularitas dan keuntungan materi terjadi pada Peristiwa Bandot Rahardo yang mencoba memukul dan mematahkan tanduk sapi jantan yang tidak seberapa besar di Senayan sekitar tahun 1960 umpamanya, yang gagal total dan demonstrasi-demonstrasi pemecahan benda keras hasil trik dan rekayasa yang kemudian bermunculan disana sini dan sering justru memancing kekecewaan dan cemooh.
Segera setelah apa yang dilakukan oleh Pendiri Aliran Kyokushin Karate ini, di dunia muncul tiruan-tiruan dan teknik-teknik imitasi yang berbau penipuan dengan berbagai trik dan rekayasa. Semuanya ini bukan hasil usaha yang tekun dan murni karena kekuatan fisik dan mental yang terbentuk melalui latihan yang berat dan dicapai dalam jangka waktu yang cukup panjang, tetapi sekedar ingin populer secara mendadak dan mencampuradukkan pengertian yang sebenarnya dengan sesuatu pandangan yang keliru sehingga menimbulkan kerancuan yang sering mengakibatkan pandangan yang salah dari masyarakat luas terhadap karate.
Akibat kesalahpahaman dan salah anggapan yang sudah jauh masuk dalam pikiran orang awam serta mereka yang tidak memahami arti sesungguhnya hubungan antara Tameshiwari dan Seni Beladiri Karate, sering timbul pendewaan dan mengagung-agungkan kebisaan ini sehingga seorang yang sanggup memecah belah benda-benda keras dengan organ tubuhnya lalu digelari `Jago Karate`. Nilai seorang karateka jadi merosot dan dangkal. Memang, seorang karateka yang terbina dengan baik, lengkap dan berimbang, setidak tidaknya mempunyai kemampuan melakukan `Tameshiwari` sekedar sebagai pelengkap ilmunya demi untuk memenuhi syarat bahwa arti `KARATE` adalah `TANGAN KOSONG`. Senjata utama seorang karateka memang adalah bagian badannya, khususnya bagian tangan untuk membela diri. Umpama Seiken (Kepal Tangan) dan Shuto (Pisau Tangan) yang berfungsi menonjol dan dominan disamping kegunaan kaki. Kedua bagian tubuh ini terasa paling praktis untuk membela diri dan melumpuhkan lawan. Kaki berguna dan seyogyanya tidak diabaikan kemampuannya karena kekuatan kaki bisa berlipat ganda dari tenaga tangan asal terlatih.
Demikianlah seorang karateka karena kesiapannya bisa melakukan `Tameshiwari` yang berimbang dengan kondisi fisiknya dan kemampuannya,tetapi sebaliknya, seorang yang sanggup melakukan `Tameshiwari` betapapun hebatnya, belum tentu seorang karateka, karena seorang karateka tidak diukur dan dinilai kemampuan lahiriah belaka atau sekedar kekuatan fisik yang dimilikinya, walau sanggup menampilkan kesuperiorannya yang mengagumkan.
Berlatih seni beladiri (karate), mendalaminya dan memahami arti yang sebenarnya, berarti sanggup menekan nafsu dan mengendalikan diri sendiri yang sering bersifat egosentris. Bukan malahan dengan menguasai Seni Beladiri, seseorang makin gampang mengumbar nafsu angkara murkanya bermodalkan kelebihannya, apalagi pamer diri secara penuh keangkuhan dan kecongkakan serta merasa bangga diri bisa melecehkan pihak lain khususnya terhadap mereka yang tak berdaya. Mencelakai sesamanya karena mengagung-agungkan kelebihan dan kemampuan fisiknya.
Sumber gambar : karatebyjesse.com