Home » Archives for October 2017
Sebelum mulai berlatih karate adalah sangat penting menentukan tujuan yang ingin kau raih. Barangkali keputusanmu mulai berlatih karate adalah demi mengejar kekuatan, atau keindahan–dalam beberapa hal kau harus menentukan sasaranmu.Bagi mereka yang ingin meraih sabuk hitam dalam setahun, sangatlah perlu untuk benar-benar memfokuskan tenaga dan melakukan usaha yang penuh dengan komitmen, menyisihkan satu atau dua jam sehari untuk berlatih hari ini dan keesokan harinya.
Bila tujuanmu untuk memperoleh pikiran yang tenang dan damai lewat latihan karate, maka aku tidak akan menganjurkan
pendekatan yang terburu-buru, cukup menggunakan waktu dua kali seminggu untuk berlatih. Melalui tujuan meraih ketenangan jiwa, kau akan mampu (di kemudian hari) menyadari telah berhasil meraih kekuatan, dan hasilnya dapat memberikan kasih sayang pada sesama dengan porsi yang lebih besar.
Namun apapun alasannya, hal yang penting adalah bagaimana kau sanggup berlatih berulang kali, dengan menggunakan jadwal rutin yang sesuai dengan irama fisik dan kepribadianmu. Apalagi, kekuatan yang sejati dari manusia memang terletak pada semangat dan ketekunan yang sungguh-sungguh.
Ada banyak orang yang begitu tekun berlatih karate saat di dalam dojo, namun saat memasuki kehidupan orang dewasa mereka menyerah sebab merasa menjadi terlalu sibuk. Meski demikian, jika kau sudah mempersiapkan diri menata pikiranmu sejak awal berlatih, bukan mustahil menyingkirkan halangan semacam itu. Pertama dan yang paling penting, adalah perlunya mempercayai bahwa berlatih karate dengan berkelanjutan akan memberikan kehidupan dan kesehatan untuk waktu yang lebih lama, dan jelas memberikan pengaruh yang positif dalam hidupmu. Dengan demikian sangatlah penting kau membuat komitmen untuk terus berlatih sepanjang waktu.
Diantara banyak orang yang berlatih di dojo pusatku – Shotokan Karate International (SKI) – ada sebagian peserta dengan usia separuh baya yang tentunya seumur dengan instruktur senior yang telah berlatih karate dalam waktu yang lama. Bahkan beberapa dari mereka 30 sampai 40 tahun silam pernah menjadi anggota klub karate di dojo universitas. Mereka datang dan berlatih di dojoku sebab sebagai seorang instruktur, tentunya tidak layak bagi mereka jika berlatih di dojonya sendiri.
Ada juga ibu rumah tangga yang hadir di dojoku. Awalnya para ibu ini hanya mendaftarkan anak-anak mereka yang dirasakan terlalu bandel. Mereka tidak cukup mampu dan merasa puas dalam mendidik anak-anaknya. Namun saat mereka melihat peningkatan dan perubahan yang dialami pada anak-anak mereka, para ibu ini menjadi penasaran dengan alasan dibalik perbaikan tingkah laku anak-anak mereka. Dan selanjutnya mereka memutuskan untuk mencoba merasakan sendiri berlatih karate.
Satu kenyataan yang membuat diriku merasa bangga dan bersyukur adalah para instruktur SKI, baik di dalam dalam luar Jepang, masih tetap aktif dan sehat meskipun usia mereka sudah memasuki 60 tahun.
Umumnya orang menilai bahwa karate adalah aktivitas yang melelahkan. Mereka juga percaya bahwa seiring usia yang bertambah tua maka karate tidak akan mungkin lagi dikerjakan. Namun mereka tidak menyadari bahwa latihan karate sebenarnya tidak menuntut alasan yang rumit dan tidak masuk akal.
Lebih jauh, bagi orang-orang yang mengetahui bahwa fisik mereka mudah lelah, berlatih dua kali seminggu memberikan tingkat yang ideal untuk memulihkan kelelahan. Jika kau menekan dirimu sendiri dengan berlatih 3 – 4 kali seminggu hanya demi meningkatkan kekuatan, usaha ekstra itu jelas akan menyebabkan kelelahan. Walaupun hal itu bisa diredakan dengan kebiasaan, metode pernapasan dan gerak badan untuk menghilangkan kelelahan yang berlebihan.
Dengan porsi latihan karate yang sesuai, adalah mungkin menghilangkan semua bentuk rasa lelah, termasuk lelah badan, otot yang tegang, pikiran yang lelah dan kelesuan mental dan fisik. Latihan yang ideal adalah dua kali seminggu. Jika tujuanmu demi meningkatkan kesehatanmu, maka dua kali seminggu adalah jumlah yang sesuai. Karena latihan karate satu minggu satu kali tentu saja tidak cukup. (Fokushotokan.com)
Inkai Ranting Karate Amboy
October 09, 2017
CB Blogger
IndonesiaNamun apapun alasannya, hal yang penting adalah bagaimana kau sanggup berlatih berulang kali, dengan menggunakan jadwal rutin yang sesuai dengan irama fisik dan kepribadianmu. Apalagi, kekuatan yang sejati dari manusia memang terletak pada semangat dan ketekunan yang sungguh-sungguh.
Ada banyak orang yang begitu tekun berlatih karate saat di dalam dojo, namun saat memasuki kehidupan orang dewasa mereka menyerah sebab merasa menjadi terlalu sibuk. Meski demikian, jika kau sudah mempersiapkan diri menata pikiranmu sejak awal berlatih, bukan mustahil menyingkirkan halangan semacam itu. Pertama dan yang paling penting, adalah perlunya mempercayai bahwa berlatih karate dengan berkelanjutan akan memberikan kehidupan dan kesehatan untuk waktu yang lebih lama, dan jelas memberikan pengaruh yang positif dalam hidupmu. Dengan demikian sangatlah penting kau membuat komitmen untuk terus berlatih sepanjang waktu.
Diantara banyak orang yang berlatih di dojo pusatku – Shotokan Karate International (SKI) – ada sebagian peserta dengan usia separuh baya yang tentunya seumur dengan instruktur senior yang telah berlatih karate dalam waktu yang lama. Bahkan beberapa dari mereka 30 sampai 40 tahun silam pernah menjadi anggota klub karate di dojo universitas. Mereka datang dan berlatih di dojoku sebab sebagai seorang instruktur, tentunya tidak layak bagi mereka jika berlatih di dojonya sendiri.
Ada juga ibu rumah tangga yang hadir di dojoku. Awalnya para ibu ini hanya mendaftarkan anak-anak mereka yang dirasakan terlalu bandel. Mereka tidak cukup mampu dan merasa puas dalam mendidik anak-anaknya. Namun saat mereka melihat peningkatan dan perubahan yang dialami pada anak-anak mereka, para ibu ini menjadi penasaran dengan alasan dibalik perbaikan tingkah laku anak-anak mereka. Dan selanjutnya mereka memutuskan untuk mencoba merasakan sendiri berlatih karate.
Satu kenyataan yang membuat diriku merasa bangga dan bersyukur adalah para instruktur SKI, baik di dalam dalam luar Jepang, masih tetap aktif dan sehat meskipun usia mereka sudah memasuki 60 tahun.
Umumnya orang menilai bahwa karate adalah aktivitas yang melelahkan. Mereka juga percaya bahwa seiring usia yang bertambah tua maka karate tidak akan mungkin lagi dikerjakan. Namun mereka tidak menyadari bahwa latihan karate sebenarnya tidak menuntut alasan yang rumit dan tidak masuk akal.
Lebih jauh, bagi orang-orang yang mengetahui bahwa fisik mereka mudah lelah, berlatih dua kali seminggu memberikan tingkat yang ideal untuk memulihkan kelelahan. Jika kau menekan dirimu sendiri dengan berlatih 3 – 4 kali seminggu hanya demi meningkatkan kekuatan, usaha ekstra itu jelas akan menyebabkan kelelahan. Walaupun hal itu bisa diredakan dengan kebiasaan, metode pernapasan dan gerak badan untuk menghilangkan kelelahan yang berlebihan.
Dengan porsi latihan karate yang sesuai, adalah mungkin menghilangkan semua bentuk rasa lelah, termasuk lelah badan, otot yang tegang, pikiran yang lelah dan kelesuan mental dan fisik. Latihan yang ideal adalah dua kali seminggu. Jika tujuanmu demi meningkatkan kesehatanmu, maka dua kali seminggu adalah jumlah yang sesuai. Karena latihan karate satu minggu satu kali tentu saja tidak cukup. (Fokushotokan.com)
Pisang Nutrisi Tepat untuk karateka
Buah Pisang yang kita kenal sehari-hari sebagai hidangan penutup, ternyata mempunyai mamfaat dan khasiat yang besar pada kita, khususnya bagi para karateka atlit atau non atlit. Dalam buah pisang misalnya pisang raja terdapat kandungan-kandungan kimia yang besar pemanfaatannya sebagai doping alami yang aman bagi tubuh. Kandungan-kandungan kimia tersebut yaitu gula (glukosa, fruktosa, dan sukrosa), trypthopan, piridoksin, ferrum, potassium, serotonin, dan riboflavin. Kandungan gula yang terdapat dalam buah pisang raja menyimpan banyak sumber kalori tubuh yang berguna untuk memulihkan tenaga para atlet. Kandungan trypthopan dalam pisang raja memiliki kemampuan untuk menormalkan fungsi sistem syaraf dan pembuangan. Piridoksin yang terdapat pada pisang raja memiliki kemampuan untuk mengontrol tingkat glukosa darah.Kandungan ferrum yang terdapat pada pisang raja berfungsi untuk merangsang produktivitas hemoglobin (Hb). Potasium pada pisang raja memiliki peranan penting dalam pemanfaatannya sebagai doping alami para atlet karena kandungan potasium ini memiliki kemampuan untuk mengatur tekanan darah, mengurangi risiko darah tinggi, mempertajam kefokusan mata, menormalkan detak jantung, mengirim oksigen ke otak, dan mengendalikan kadar cairan tubuh para atlet. Serotonin yang terdapat pada pisang raja berfungsi dalam mengatur beban ketegangan yang dialami para atlet saat menjalani pertandingan karena kandungan kimia ini memiliki kemampuan untuk mengendalikan tekanan perasaan agar menjadi lebih rileks dan terkendali, sedangkan kandungan riboflavin pisang raja berfungsi dalam mempertahankan aktivitas kerja sistem syaraf dan meningkatkan konsentrasi para atlet. Pemanfaatan buah pisang raja sebagai doping alami para atlet dilakukan dengan mengubahnya dalam bentuk juice. Hal ini dilakukan agar penyerapan nutrisi yang terdapat dalam buah pisang raja tersebut dapat diserap secara cepat dan efektif oleh tubuh.
Berdasarkan mekanisme kandungan-kandungan kimia yang terdapat pada buah pisang raja seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa buah pisang raja dapat dimanfaatkan sebagai doping alami yang aman bagi tubuh serta tidak memiliki efek buruk bagi kesehatan para atlet selama dikonsumsi secara wajar.
Penggunaan pisang raja sebagai doping alami para atlet dilakukan dengan cara mengubahnya dulu dalam bentuk juice. Menurut John Heinerman dalam bukunya yang berjudul Ensiklopedi Juice, hal ini dilakukan agar penyerapan nutrisi yang terdapat dalam buah pisang raja tersebut dapat diserap secara cepat oleh tubuh. Dengan penyerapan yang cepat tersebut, maka proses penyerapan energi dan mineral-mineral penting bagi tubuh yang besar pemanfaatannya sebagai doping alami para atlet akan dapat dimanfaatkan secara efektif oleh tubuh.
Cara pembuatan juice pisang raja adalah sebagai berikut.
1. Sediakan alat (blender, pisau, gelas takar) dan bahan (1 buah pisang raja yang sudah masak, 200 ml air putih).
2. Tuangkan 200 ml air putih ke dalam blender.
3. Kupas kulit pisang raja dan potong dalam beberapa bagian.
4. Masukkan potongan pisang raja dalam blender dan mulai pemblenderan.
5. Tunggu sampai 1 menit dan setelah selesai juice pisang raja dapat disajikan sebagai
minuman doping alami yang aman bagi tubuh.
Demikianlah khasiat dari buah pisang, penulis sendiri sudah pernah mengalami efek dari buah tersebut, waktu itu seharian saya makan pisang Raja saja tanpa makan nasi dan lauk pauk. Saya memakan buah pisang yang agak keras, kenyal dan tidak terlalu mentah, matang, serta manis. Buah tersebut lumayan besar untuk ukuran buah2 pisang pada umumnya. Setelah penulis menghabiskan beberapa pisang sampai kenyang ternyata penulis merasakan efek kenyang beberapa jam tanpa mau lagi mengkonsumsi nasi, kemudian disaat yang sama penulis merasakan lebih bertenaga dan lincah, badan lebih nyaman dan tenang, perut adem dan fikiran lebih fokus. Itulah khasiat yang penulis rasakan, ayo siapa yang mau merasakan lagi khasiat buah pisang?
Sumber :
https://karateharmony.blogspot.com/2010/09/pisang-nutrisi-tepat-untuk-karateka.html
Selalu berpikir dan berbuat (tsune ni shinen kufu seyo).
Prinsip ke-20 adalah yang paling sulit untuk diterjemahkan dengan jelas dalam bahasa Inggris. Apa yang ingin dikatakan oleh Master Funakoshi adalah jika sebuah teknik dasar sudah dipahami, maka adalah kebebasan tiap orang untuk terus memikirkan dan mengembangkan aplikasi baru yang sesuai dengan keadaan. Jalan terbaik untuk melihat lebih
dalam pada hal ini adalah dengan memahami peran sesungguhnya dari instruktur.
Istilah “sensei” dalam bahasa Jepang berarti “orang yang sudah lebih dulu” atau “orang yang sudah berpengalaman.” Kata yang lain adalah “shizen”, yang berarti “memberi petunjuk.” Seorang sensei hanya dapat menerangkan atau menunjukkan dasar-dasar, dia tidak dapat melakukan gerakan untukmu. Master Funakoshi tidak pernah berkata, “contohlah apa yang sedang kulakukan,” dia hanya menunjukkan atau memperbaiki gerakan kami. Seorang guru hanya hanya bertindak sebagai seorang pemberi petunjuk karena setiap orang mempunyai keadaan tubuh yang berbeda. Adalah tugas murid untuk mencari tahu lewat caranya sendiri dengan bergantung pada pikiran dan tubuhnya sendiri.
Kenyataannya adalah, kita nyaris tidak tahu apa-apa tentang kata tingkat lanjut. Tidak ada petunjuk manual atau gulungan yang menerangkan gerakan berikut aplikasinya. Karena itulah, yang berperan lebih banyak adalah penafsiran individual. Beberapa aplikasi tertentu mungkin akan berhasil pada orang yang bertubuh tinggi daripada yang pendek, dan begitu pula sebaliknya. Hal terpenting adalah prinsipnya selalu sama. Proses gerakan memukul, menendang, dan sebagainya adalah sama untuk semua orang, tapi tidak ada seorangpun yang baik pukulan atau tendangannya sama persis dengan orang lain.
Instruktur tidak mampu menerangkan rasanya melakukan gerakan yang benar. Hal itu hanya diketahui setelah ratusan kali mengulang hingga orang tersebut dapat mulai mengerti gerakan itu. Keseluruhan dari hal ini adalah memahami esensi karate itu sendiri.
Kapanpun sebagian dari kami bertanya pada Master Funakoshi tentang suatu teknik, dia akan berkata, “kerjakan 1.000 kali sehingga kau akan menemukan jawabannya.” Tentu saja, hanya sedikit orang yang mempunyai waktu untuk itu, tapi cobalah sendiri. Jika kau penasaran bagaimana tubuh dapat melakukan kime (konsentrasi), sebagai contoh, pukulah makiwara berulang kali sampai kau merasakan sesuatu. Sehingga kau akan mengetahui bahwa kau pada permulaan untuk mengerjakan kime yang benar.
Arti yang lain dari prinsip ke-20 adalah setiap orang harus berusaha membawa karate ke tahap berikutnya. Ini adalah aspek mental untuk berlatih, dan tidak ada akhir untuk ini. Hanya dengan pikiran yang jernih kita dapat membuat sesuatu yang baru sekaligus terbuka untuk belajar hal yang baru. Aku tidak berkata membuat teknik baru, aku berkata bahwa saat pikiranmu jernih dan bebas dari ego, maka karate akan menjadi sangat natural.
Ilmuwan mengetahui bahwa alam semesta ini semakin dalam dan dalam. Begitu pula manusia. Gunakan karate untuk memahami dirimu sendiri, dan kau tidak akan mengalami pertentangan. Saat tidak ada lagi konflik dalam pikiranmu, maka kau telah hidup dengan sebenar-benarnya. Inilah anugerah yang sebenarnya diberikan karate pada kita. Karena itu berlatihlah dengan tekun dan gunakan Niju Kun dari Master Funakoshi sebagai petunjuk baik dalam latihan dan hidupmu - Teruyuki Okazaki (Fokushotokan)
Sumber : http://indoshotokan.blogspot.com/2010/01/berpikir-mengembangkan.html
Inkai Ranting Karate Amboy
October 06, 2017
CB Blogger
IndonesiaIstilah “sensei” dalam bahasa Jepang berarti “orang yang sudah lebih dulu” atau “orang yang sudah berpengalaman.” Kata yang lain adalah “shizen”, yang berarti “memberi petunjuk.” Seorang sensei hanya dapat menerangkan atau menunjukkan dasar-dasar, dia tidak dapat melakukan gerakan untukmu. Master Funakoshi tidak pernah berkata, “contohlah apa yang sedang kulakukan,” dia hanya menunjukkan atau memperbaiki gerakan kami. Seorang guru hanya hanya bertindak sebagai seorang pemberi petunjuk karena setiap orang mempunyai keadaan tubuh yang berbeda. Adalah tugas murid untuk mencari tahu lewat caranya sendiri dengan bergantung pada pikiran dan tubuhnya sendiri.
Kenyataannya adalah, kita nyaris tidak tahu apa-apa tentang kata tingkat lanjut. Tidak ada petunjuk manual atau gulungan yang menerangkan gerakan berikut aplikasinya. Karena itulah, yang berperan lebih banyak adalah penafsiran individual. Beberapa aplikasi tertentu mungkin akan berhasil pada orang yang bertubuh tinggi daripada yang pendek, dan begitu pula sebaliknya. Hal terpenting adalah prinsipnya selalu sama. Proses gerakan memukul, menendang, dan sebagainya adalah sama untuk semua orang, tapi tidak ada seorangpun yang baik pukulan atau tendangannya sama persis dengan orang lain.
Instruktur tidak mampu menerangkan rasanya melakukan gerakan yang benar. Hal itu hanya diketahui setelah ratusan kali mengulang hingga orang tersebut dapat mulai mengerti gerakan itu. Keseluruhan dari hal ini adalah memahami esensi karate itu sendiri.
Kapanpun sebagian dari kami bertanya pada Master Funakoshi tentang suatu teknik, dia akan berkata, “kerjakan 1.000 kali sehingga kau akan menemukan jawabannya.” Tentu saja, hanya sedikit orang yang mempunyai waktu untuk itu, tapi cobalah sendiri. Jika kau penasaran bagaimana tubuh dapat melakukan kime (konsentrasi), sebagai contoh, pukulah makiwara berulang kali sampai kau merasakan sesuatu. Sehingga kau akan mengetahui bahwa kau pada permulaan untuk mengerjakan kime yang benar.
Arti yang lain dari prinsip ke-20 adalah setiap orang harus berusaha membawa karate ke tahap berikutnya. Ini adalah aspek mental untuk berlatih, dan tidak ada akhir untuk ini. Hanya dengan pikiran yang jernih kita dapat membuat sesuatu yang baru sekaligus terbuka untuk belajar hal yang baru. Aku tidak berkata membuat teknik baru, aku berkata bahwa saat pikiranmu jernih dan bebas dari ego, maka karate akan menjadi sangat natural.
Ilmuwan mengetahui bahwa alam semesta ini semakin dalam dan dalam. Begitu pula manusia. Gunakan karate untuk memahami dirimu sendiri, dan kau tidak akan mengalami pertentangan. Saat tidak ada lagi konflik dalam pikiranmu, maka kau telah hidup dengan sebenar-benarnya. Inilah anugerah yang sebenarnya diberikan karate pada kita. Karena itu berlatihlah dengan tekun dan gunakan Niju Kun dari Master Funakoshi sebagai petunjuk baik dalam latihan dan hidupmu - Teruyuki Okazaki (Fokushotokan)
Sumber : http://indoshotokan.blogspot.com/2010/01/berpikir-mengembangkan.html
Karate bukan permainan titik, kelas berat atau demonstrasi mencolok. Ini adalah seni bela diri dan cara hidup yang melatih praktisi secara damai, tetapi jika konflik tidak dapat dihindari, karate dapat melumpuhkan lawan dengan satu pukulan.
Tindakan seperti ini membutuhkan kekuatan, kecepatan, fokus, kontrol. Tetapi aspek-aspek fisik adalah hanya bagian dari praktek, mereka hanya kendaraan, bukan perjalanan itu sendiri.
Karate sejati didasarkan pada Bushido. Dalam karate ,tubuh, pikiran dan roh-orang-harus utuh dikembangkan secara bersamaan. Melalui kihon, kumite dan kata kita belajar untuk mengontrol gerakan kita. Kita dapat melakukan teknologi tehnik tanpa berpikir tentang mereka, dan tetap fokus tanpa untuk berkonsentrasi pada satu hal. Pada dasarnya, tubuh ingat bagaimana untuk bergerak dan pikiran mengingat bagaimana menjadi diam
Kesatuan yang harmonis dari pikiran dan tubuh sangat kuat. Bahkan kekuatan fisik terbesar dan keterampilan yang tidak cocok untuk kekuatan keutuhan.
Hasil karate sejati adalah alami, tindakan mudah, dan kepercayaan diri, kerendahan hati, keterbukaan dan perdamaian hanya mungkin melalui persatuan sempurna pikiran dan tubuh. filsafat karate JKA
Inkai Ranting Karate Amboy
October 05, 2017
CB Blogger
IndonesiaTindakan seperti ini membutuhkan kekuatan, kecepatan, fokus, kontrol. Tetapi aspek-aspek fisik adalah hanya bagian dari praktek, mereka hanya kendaraan, bukan perjalanan itu sendiri.
Karate sejati didasarkan pada Bushido. Dalam karate ,tubuh, pikiran dan roh-orang-harus utuh dikembangkan secara bersamaan. Melalui kihon, kumite dan kata kita belajar untuk mengontrol gerakan kita. Kita dapat melakukan teknologi tehnik tanpa berpikir tentang mereka, dan tetap fokus tanpa untuk berkonsentrasi pada satu hal. Pada dasarnya, tubuh ingat bagaimana untuk bergerak dan pikiran mengingat bagaimana menjadi diam
Kesatuan yang harmonis dari pikiran dan tubuh sangat kuat. Bahkan kekuatan fisik terbesar dan keterampilan yang tidak cocok untuk kekuatan keutuhan.
Hasil karate sejati adalah alami, tindakan mudah, dan kepercayaan diri, kerendahan hati, keterbukaan dan perdamaian hanya mungkin melalui persatuan sempurna pikiran dan tubuh. filsafat karate JKA
World Karate Federation (WKF) adalah badan olahraga karate internasional terbesar dengan lebih dari 130 negara anggota. Ini dibentuk pada tahun 1990 dan merupakan satu-satunya organisasi karate yang diakui oleh Komite Olimpiade Internasional dan memiliki lebih dari sepuluh juta anggota. WKF menyelenggarakan Kejuaraan Dunia Karate Junior dan Senior, yang masing-masing diadakan setiap tahun. Presiden WKF adalah Antonio Espinos, dan kantor pusatnya berada di Madrid, Spanyol. Gaya yang diakui oleh WKF adalah Gōjū-ryu, Shitō-ryu, Shotokan dan Wadō-ryu.
Sejarah
Karate diperkenalkan ke Eropa sekitar tahun 1950 oleh master Jepang, terutama dari Japan Karate Association (JKA). Pada tahun 1961, Jacques Delcourt diangkat sebagai Presiden Karate Prancis, yang pada saat itu merupakan anggota asosiasi Federasi Judo. Pada tahun 1963 ia mengundang enam federasi Eropa lain yang dikenal (Italia, Inggris, Belgia, Jerman, Swiss dan Spanyol) untuk datang ke Prancis untuk menghadiri karate internasional pertama, dan Inggris Raya dan Belgia menerima undangan tersebut.
Pada bulan Desember tahun itu, enam dari tujuh federasi berkumpul di Paris, dalam apa yang menjadi Kongres Karate Eropa pertama, dengan tujuan untuk memperbaiki dan mengatur turnamen karate antar negara mereka. Telah dicatat bahwa penyatuan gaya karate yang berbeda itu tidak mungkin, jadi mereka memutuskan untuk menyatukan wasit.
Pada tahun 1965 Uni Karate Eropa diciptakan, dengan Jacques Delcourt terpilih sebagai Presiden. Tahun berikutnya Kejuaraan Karate Eropa yang pertama diadakan, di Paris. Acara tersebut menarik kira-kira tiga ratus penonton dan ditampilkan di TV; Namun, ini menarik kritik karena terlalu keras karena banyak korban luka. Dewan EKU memiliki pendapat yang berbeda tentang sumber luka, dengan pendapat mulai dari pelanggaran peraturan yang berlebihan hingga kurangnya pengkondisian dan keterampilan pemblokiran. Masalah ini dibahas di beberapa bagian pada kursus wasit pertama, yang diadakan di Roma. Di sini, peraturan wasit diselaraskan dengan menggunakan peraturan JKA sebagai dasar.
Pada tahun 1970, Uni Karate Internasional (IKU) dibentuk oleh Jacques Delcourt dalam upaya untuk mengatur karate di tingkat dunia. Setelah mendengar ini, Ryoichi Sasakawa, Presiden Federasi Semua Organisasi Karatedo Jepang (FAJKO), yang kemudian mengganti namanya menjadi Federasi Karate Jepang (JKF), pergi ke Prancis untuk membahas pembentukan badan pengatur internasional. IKU dengan cepat dibubarkan dan sebuah organisasi baru dibentuk antara EKU dan federasi Jepang, dan disebut World Union of Karate-do Organizations (WUKO).
Pada tahun 1985 Uni Dunia Organisasi Karate-do secara resmi diakui oleh Komite Olimpiade Internasional sebagai dewan resmi untuk karate.
WUKO mencoba menyatukan Federasi Internasional Karate Internasional (ITKF) pada tahun 1990 untuk membentuk WKF; Namun, usaha ini gagal dan kelompok WUKO pergi untuk membentuk WKF sendiri.
Pada awal 1990-an, penolakan Hidetaka Nishiyama untuk menyelaraskan organisasi ITKF-nya dengan Organisasi Karate-Do (WUKO) Uni Dunia menyebabkan Komite Olimpiade Internasional untuk menangguhkan pengakuannya terhadap WUKO sebagai badan pengatur internasional karate amatir. ITKF dan WUKO telah bergabung dan membentuk sebuah organisasi karate terpadu, namun hal ini tidak terwujud. WUKO akhirnya menjadi World Union of Karate-Do Federation pada akhir 2008. Pada bulan Agustus 2016 diumumkan bahwa Karate akan berada di Olimpiade Musim Panas 2020.
Kompetisi dan acara
Kumite
Sejarah
Karate diperkenalkan ke Eropa sekitar tahun 1950 oleh master Jepang, terutama dari Japan Karate Association (JKA). Pada tahun 1961, Jacques Delcourt diangkat sebagai Presiden Karate Prancis, yang pada saat itu merupakan anggota asosiasi Federasi Judo. Pada tahun 1963 ia mengundang enam federasi Eropa lain yang dikenal (Italia, Inggris, Belgia, Jerman, Swiss dan Spanyol) untuk datang ke Prancis untuk menghadiri karate internasional pertama, dan Inggris Raya dan Belgia menerima undangan tersebut.
Pada bulan Desember tahun itu, enam dari tujuh federasi berkumpul di Paris, dalam apa yang menjadi Kongres Karate Eropa pertama, dengan tujuan untuk memperbaiki dan mengatur turnamen karate antar negara mereka. Telah dicatat bahwa penyatuan gaya karate yang berbeda itu tidak mungkin, jadi mereka memutuskan untuk menyatukan wasit.
Pada tahun 1965 Uni Karate Eropa diciptakan, dengan Jacques Delcourt terpilih sebagai Presiden. Tahun berikutnya Kejuaraan Karate Eropa yang pertama diadakan, di Paris. Acara tersebut menarik kira-kira tiga ratus penonton dan ditampilkan di TV; Namun, ini menarik kritik karena terlalu keras karena banyak korban luka. Dewan EKU memiliki pendapat yang berbeda tentang sumber luka, dengan pendapat mulai dari pelanggaran peraturan yang berlebihan hingga kurangnya pengkondisian dan keterampilan pemblokiran. Masalah ini dibahas di beberapa bagian pada kursus wasit pertama, yang diadakan di Roma. Di sini, peraturan wasit diselaraskan dengan menggunakan peraturan JKA sebagai dasar.
Pada tahun 1970, Uni Karate Internasional (IKU) dibentuk oleh Jacques Delcourt dalam upaya untuk mengatur karate di tingkat dunia. Setelah mendengar ini, Ryoichi Sasakawa, Presiden Federasi Semua Organisasi Karatedo Jepang (FAJKO), yang kemudian mengganti namanya menjadi Federasi Karate Jepang (JKF), pergi ke Prancis untuk membahas pembentukan badan pengatur internasional. IKU dengan cepat dibubarkan dan sebuah organisasi baru dibentuk antara EKU dan federasi Jepang, dan disebut World Union of Karate-do Organizations (WUKO).
Pada tahun 1985 Uni Dunia Organisasi Karate-do secara resmi diakui oleh Komite Olimpiade Internasional sebagai dewan resmi untuk karate.
WUKO mencoba menyatukan Federasi Internasional Karate Internasional (ITKF) pada tahun 1990 untuk membentuk WKF; Namun, usaha ini gagal dan kelompok WUKO pergi untuk membentuk WKF sendiri.
Pada awal 1990-an, penolakan Hidetaka Nishiyama untuk menyelaraskan organisasi ITKF-nya dengan Organisasi Karate-Do (WUKO) Uni Dunia menyebabkan Komite Olimpiade Internasional untuk menangguhkan pengakuannya terhadap WUKO sebagai badan pengatur internasional karate amatir. ITKF dan WUKO telah bergabung dan membentuk sebuah organisasi karate terpadu, namun hal ini tidak terwujud. WUKO akhirnya menjadi World Union of Karate-Do Federation pada akhir 2008. Pada bulan Agustus 2016 diumumkan bahwa Karate akan berada di Olimpiade Musim Panas 2020.
Kompetisi dan acara
Kumite
- Individu kumite - Pria dan Wanita
- Tim kumite - Pria dan Wanita
- Kata individu - Pria dan Wanita
- Kata tim (disinkronisasi) - Pria dan Wanita (kata tim dengan bunkai)
WKF / WUKO Karate World Championships
Edition | Year | Host City | Country | Events |
---|---|---|---|---|
1 | 1970 | Tokyo | Japan | 2 |
2 | 1972 | Paris | France | 2 |
3 | 1975 | Long Beach | United States | 2 |
4 | 1977 | Tokyo | Japan | 2 |
5 | 1980 | Madrid | Spain | 10 |
6 | 1982 | Taipei | Chinese Taipei | 13 |
7 | 1984 | Maastricht | Netherlands | 13 |
8 | 1986 | Sydney | Australia | 15 |
9 | 1988 | Cairo | Egypt | 16 |
10 | 1990 | Mexico City | Mexico | 16 |
11 | 1992 | Granada | Spain | 16 |
12 | 1994 | Kota Kinabalu | Malaysia | 16 |
13 | 1996 | Sun City | South Africa | 17 |
14 | 1998 | Rio de Janeiro | Brazil | 17 |
15 | 2000 | Munich | Germany | 17 |
16 | 2002 | Madrid | Spain | 17 |
17 | 2004 | Monterrey | Mexico | 17 |
18 | 2006 | Tampere | Finland | 17 |
19 | 2008 | Tokyo | Japan | 17 |
20 | 2010 | Belgrade | Serbia | 16 |
21 | 2012 | Paris | France | 16 |
22 | 2014 | Bremen | Germany | 16 |
23 | 2016 | Linz | Austria | 16 |
24 | 2018 | Lima | Peru | 16 |
Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/World_Karate_Federation
Inkai Ranting Karate Amboy
October 04, 2017
CB Blogger
Indonesia
KEKUATAN BERASAL DARI BAGIAN BAWAH PERUT, TEKNIK DARI PINGGUL
Orang memilih jalan karate untuk alasan yang bermacam-macam – untuk menjadi kuat; mendapatkan bentuk otot yang indah; mendapatkan kesehatan dan panjang umur; untuk penyegaran dan rasa bahagia. Karate adalah seni bela diri yang bisa dikerjakan oleh siapa saja, tidak bergantung umur atau jenis kelamin, dan bisa dimulai kapanpun dalam hidup seseorang.
Tidak masalah bagaimana cara orang memasuki jalan karate, dengan ketekunan yang tidak pernah lelah maka semua tujuan dibalik keikutsertaannya dalam karate akan tercapai. Juga, tanpa disadarinya akan datang saat dimana orang itu menemukan dirinya selalu berkepala dingin dalam berbagai situasi. Inilah daya tarik karate sekaligus jalan untuk menjadi seorang sabuk hitam. Hal itu juga berarti jalan yang membawa kita untuk menguasai seni tersebut.
Secara teoritis, karate adalah metode latihan fisik bagi jiwa dan tubuh untuk menselaraskan diri dengan hukum alam semesta. Dengan melatih lengan dan dan kaki secara sistematis, karate juga menjadi seni bela diri yang bermanfaat untuk hidup kita sehari-hari. Sementara ada pendapat tujuan karate sama seperti senam kesehatan, sebagai olah raga, dan untuk melatih mental, karate juga menawarkan keuntungan psikologis.
Dengan melatih bagian bawah perut – pusat gravitasi manusia (disebut tanden atau seika tanden dalam Bahasa Jepang; berlokasi dibawah pusar) – dan memberdayakan teknik pernafasan yang sesuai (pernafasan dada, pernafasan perut dan pernafasan bawah perut), kita dapat mencapai konsentrasi mental dan memperkuat ki (energi kehidupan) atau elemen paling dasar dari hidup manusia. Lebih jauh akan memberikan energi yang penting untuk hidup baik dan sehat.
Sejak masih remaja, aku telah menggunakan seluruh waktuku untuk karate. Dan hingga kinipun di usia 74 tahun, aku menghabiskan waktu lebih dari delapan bulan setiap tahunnya di luar negeri untuk mengajar dan mempromosikan karate ke penjuru dunia. Di tengah gaya hidup yang sibuk dan tidak menentu ini, karate memungkinkan aku mencapai ketenangan pikiran di setiap waktu. Perut bagian bawah – yang juga disebut hara dalam Bahasa Jepang – memberiku kemampuan untuk kebutuhan ini.
Namun bagaimana perut bagian bawah – atau hara, seika tanden – dapat diperkuat lewat latihan karate? Semua teknik dasar yang dikerjakan dalam karate, khususnya teknik umum seperti pukulan lurus dan kebalikannya, tidak hanya memperkuat otot perut saat melakukannya. Hal itu juga memberdayakan beragam kekuatan internal, kekuatan mental, kekuatan spiritual dan organ dalam. Ketika memukul semua tenaga menyatu dengan usaha yang terkonsentrasi dan menselaraskan diri menjadi kekuatan yang ekplosif. Oleh karena itu, jika otot perut bagian bawah tidak pernah digunakan, sama artinya berlatih dengan konsep yang tidak benar.
Tidak masalah bagaimana cara orang memasuki jalan karate, dengan ketekunan yang tidak pernah lelah maka semua tujuan dibalik keikutsertaannya dalam karate akan tercapai. Juga, tanpa disadarinya akan datang saat dimana orang itu menemukan dirinya selalu berkepala dingin dalam berbagai situasi. Inilah daya tarik karate sekaligus jalan untuk menjadi seorang sabuk hitam. Hal itu juga berarti jalan yang membawa kita untuk menguasai seni tersebut.
Secara teoritis, karate adalah metode latihan fisik bagi jiwa dan tubuh untuk menselaraskan diri dengan hukum alam semesta. Dengan melatih lengan dan dan kaki secara sistematis, karate juga menjadi seni bela diri yang bermanfaat untuk hidup kita sehari-hari. Sementara ada pendapat tujuan karate sama seperti senam kesehatan, sebagai olah raga, dan untuk melatih mental, karate juga menawarkan keuntungan psikologis.
Dengan melatih bagian bawah perut – pusat gravitasi manusia (disebut tanden atau seika tanden dalam Bahasa Jepang; berlokasi dibawah pusar) – dan memberdayakan teknik pernafasan yang sesuai (pernafasan dada, pernafasan perut dan pernafasan bawah perut), kita dapat mencapai konsentrasi mental dan memperkuat ki (energi kehidupan) atau elemen paling dasar dari hidup manusia. Lebih jauh akan memberikan energi yang penting untuk hidup baik dan sehat.
Sejak masih remaja, aku telah menggunakan seluruh waktuku untuk karate. Dan hingga kinipun di usia 74 tahun, aku menghabiskan waktu lebih dari delapan bulan setiap tahunnya di luar negeri untuk mengajar dan mempromosikan karate ke penjuru dunia. Di tengah gaya hidup yang sibuk dan tidak menentu ini, karate memungkinkan aku mencapai ketenangan pikiran di setiap waktu. Perut bagian bawah – yang juga disebut hara dalam Bahasa Jepang – memberiku kemampuan untuk kebutuhan ini.
Namun bagaimana perut bagian bawah – atau hara, seika tanden – dapat diperkuat lewat latihan karate? Semua teknik dasar yang dikerjakan dalam karate, khususnya teknik umum seperti pukulan lurus dan kebalikannya, tidak hanya memperkuat otot perut saat melakukannya. Hal itu juga memberdayakan beragam kekuatan internal, kekuatan mental, kekuatan spiritual dan organ dalam. Ketika memukul semua tenaga menyatu dengan usaha yang terkonsentrasi dan menselaraskan diri menjadi kekuatan yang ekplosif. Oleh karena itu, jika otot perut bagian bawah tidak pernah digunakan, sama artinya berlatih dengan konsep yang tidak benar.
Meski demikian masih ada pertanyaan: mengapa perut bagian bawah memegang peranan yang begitu penting? Jawabannya singkat, karena perut bagian bawah merupakan pusat gravitasi dari tubuh manusia. Sementara sebagian orang menyebutnya “pusat tubuh,” Aku lebih memilih istilah “pusat gravitasi.” Alasannya, ketika aku berdiskusi dengan ahli matematika bernama Heisuke Hironaka aku memakai kata “pusat” dan Tuan Hironaka menanggapinya, “Oh, maksud Anda pusat gravitasi.” Sejak itu aku mengingat jika istilah “pusat gravitasi” lebih mudah dipahami.
Alasan lain perut bagian bawah begitu penting adalah karena melatih seika tanden dan meningkatkan tekanan perut otot dapat membantu proses pembersihan darah di seluruh tubuh. Aku akan menjelaskan hal ini lebih lanjut di buku ini bagaimana praktisi karate mula-mula diajarkan untuk memberdayakan pernafasan, memfokuskan tenaga dan konsentrasi di perut bagian bawah. Dan selanjutnya mengadaptasikan nafas dengan gerakan mereka.
Kemampuan untuk memfokuskan tenaga dan berkonsentrasi pada seika tanden secara otomatis akan memberikan percaya diri dan kestabilan emosi. Kemampuan itu juga merefleksikan aspek sikap, karakter dan kepribadian. Karena alasan ini para pendekar masa lalu yang disebut samurai merupakan orang yang terpelajar, tangguh dalam seni perang, tapi juga berani dan berpengetahuan luas. Mereka ini mengasah keahliannya dengan menekankan pada seika tanden.
Dalam meditasi Zazen agama Budha (berlatih Zen dalam posisi duduk), praktisinya juga diperintahkan untuk memfokuskan kekuatan pada perut bagian bawah. Meski di awal periode Kamakura (1185 – 1333) golongan pendekar diistimewakan oleh pemerintah, para samurai dan shogun saat itu tetap ambil bagian dalam latihan Zen. Mereka menempatkan seika tanden dalam posisi yang penting sementara di sisi lain mereka juga membangun karakter masing-masing.
Karena alasan inilah di Jepang ada ungkapan “telah menguasai hara” (hara ga dekite iru) dan “mempunyai hara yang telah terlatih” (hara ga suwatte iru) bagi orang-orang yang berpikiran luas, tetap tenang dalam berbagai kondisi, mampu memecahkan masalah dengan sistematis dan tetap berkepala dingin.
Mempunyai hara yang telah terlatih membuat orang mempunyai percaya diri dalam kesehariannya. Dalam hal inilah tersembunyi daya tarik seni bela diri. Perut bagian bawah – bergantung pada bagaimana dikombinasikan dengan pernafasan dan cara menggunakannya – dapat memberi keberanian dalam menghadapi situasi yang tidak terduga. Sebaliknya, dapat memberi efek ketenangan dalam kondisi penuh tekanan. Keadaan itu benar-benar fenomena yang menakjubkan.
Karena banyaknya gerakan dalam karate, mengkonsentrasikan kekuatan di perut bagian bawah menjadi tantangan bagi murid pemula, khususnya anak-anak. Namun ketika pinggul mengeluarkan tendangan yang kuat, maka perut bagian bawahlah yang memberi keseimbangan semua gerakan. Dari sebelum tendangan dilancarkan, ketika tendangan kontak pada sasaran dan seterusnya. Karena alasan inilah maka perut bagian bawah juga bermakna paling penting dalam perlindungan diri.
Ketika mengajar anak-anak, aku sering memakai analogi untuk menjelaskan prinsip dasar karate – contohnya kekuatan berasal dari perut bagian bawah dan teknik berasal dari pinggul. Aku akan berkata pada mereka, “Sama seperti ayah dan ibumu; jika kau berpikir pinggul adalah ayahmu, maka perut bagian bawah adalah ibumu. Saat kedua orang tuamu bekerja bersama-sama, mereka akan mampu menyelesaikan semua urusan rumah tangga. Serupa jika pinggul dan perut bagian bawahmu bekerja sama, maka kau akan mengembangkan tubuh, teknik dan pikiran sekaligus.” (Indoshotokan)
Artikel ini berjudul asli “Power comes the lower abdomen, techniques from the hips.” yang berasal dari buku “Black Belt Karate: The Intensive Course” yang ditulis oleh Hirokazu Kanazawa (2006). Editing dan alih bahasa oleh Bachtiar Effendi. Foto berasal dari http://karatenisentenashi.tumblr.com.
sumber : indosotokan.blogspot.com
BLACK BELT
Bagi
sebagian praktisi beladiri, khususnya yg mempelajari beladiri asal Jepang,
merupakan suatu kebanggaan jika jerih payahnya latihan akhirnya berbuah
penghargaan seikat sabuk berwarna hitam ini.
Sebuah simbol seorang praktisi beladiri telah menyandang status pelatih.
Istilah beladiri Jepang, para penyandang sabuk hitam disebut Yudansha yang terkelompok dalam beberapa sebutan sesuai tingkatan sabuk hitam (DAN). Sempai/Senpai biasanya diistilahkan untuk penyandang sabuk hitam (yudansha) DAN I-III, Sensei bagi penyandang DAN IV-V dan Shihan untuk DAN VI-VIII atau bisa pula DAN IX-V).
Idealnya, setelah 5 sampai 7 tahun berlatih tekun dan terus mengikuti ujian di tingkat Kohai (sabuk putih s.d. coklat), barulah diperoleh kesempatan diuji untuk memperoleh sabuk hitam.
Setelah menyandang sabuk hitam, capek dan letihnya sebagai kohai, sirnalah sudah. Amarah dan bentakan pelatih tak lagi terdengar, karena posisinya sekarang adalah orang yang melatih. Sekarang giliran sang yudansha baru menggembleng kohai dengan sesekali membentak atau mungkin melakukan tindakan 'arogansi' dengan tangan dan kaki juga benda keras.
Demikiankah seorang sabuk hitam?
Bahkan mungkin ada segelintir yudansha yang beranggapan setelah memperoleh ijazah/sertifikat dan menyandang sabuk hitam (meski baru DAN I) tamatlah sudah ilmu yang dipelajarinya dari beladiri tersebut. Semua sudah didapatkan saat menjadi kohai, sehingga tatkala sabuk hitam melingkar di pinggang yang ada hanya melatih atau mungkin istirahat latihan, karena alasan tadi, ilmu yang dipelajari sudah habis.
Padahal, sabuk hitam adalah awal sebenarnya seseorang berlatih seni beladiri. Tingkat sabuk hitam adalah masa di mana seorang praktisi terus memperbaiki teknik dan keilmuannya, karena saat berstatus kohai adalah masa di mana dasar-dasar teknik dibentuk.
Ilmu beladiri sejati, tak habis oleh tingkatan yang disimbolkan dengan sabuk. Jika kita mau terus berlatih dan berlatih akan merasa bahwa ilmu beladiri itu luas dan banyak sekali, sehingga kita tak boleh berhenti belajar.
Tingkatan DAN dalam sabuk hitam bukan semata hirarki tetapi menandakan kemampuan si penyandang. Seorang DAN II tentunya dari segi penguasaan teknik, pengetahuan dan kematangan jiwa akan lebih bagus dari DAN I. Demikian seterusnya.
Fenomena di tanah air, masih cukup banyak yudansha yang kemampuannya stagnan bahkan cenderung menurun, baik segi teknik maupun fisik terlebih pengetahuan dan wawasan serta kematangan jiwa, akibat pandangan sempit tentang arti sabuk hitam.
Hanya sedikit pemegang sabuk hitam terutama DAN III ke atas yang memiliki kemampuan sesuai dengan tingkatan DAN-nya.
Berbeda dengan di Jepang atau mungkin negara lain macam di Amerika dan Eropa. Lihat saja, para master atau ahli beladiri di sana meski berusia lanjut tapi kemampuan beladirinya masih terjaga, fisik mereka pun tetap prima.
Tentunya karena mereka tak berhenti berlatih selain melatih. Seperti halnya sebilah pisau akan terjaga ketajamannya kalau dirawat dengan baik, bukannya digeletakkan begitu saja atau cuma disarungkan tanpa pernah diasah.
Sebuah simbol seorang praktisi beladiri telah menyandang status pelatih.
Istilah beladiri Jepang, para penyandang sabuk hitam disebut Yudansha yang terkelompok dalam beberapa sebutan sesuai tingkatan sabuk hitam (DAN). Sempai/Senpai biasanya diistilahkan untuk penyandang sabuk hitam (yudansha) DAN I-III, Sensei bagi penyandang DAN IV-V dan Shihan untuk DAN VI-VIII atau bisa pula DAN IX-V).
Idealnya, setelah 5 sampai 7 tahun berlatih tekun dan terus mengikuti ujian di tingkat Kohai (sabuk putih s.d. coklat), barulah diperoleh kesempatan diuji untuk memperoleh sabuk hitam.
Setelah menyandang sabuk hitam, capek dan letihnya sebagai kohai, sirnalah sudah. Amarah dan bentakan pelatih tak lagi terdengar, karena posisinya sekarang adalah orang yang melatih. Sekarang giliran sang yudansha baru menggembleng kohai dengan sesekali membentak atau mungkin melakukan tindakan 'arogansi' dengan tangan dan kaki juga benda keras.
Demikiankah seorang sabuk hitam?
Bahkan mungkin ada segelintir yudansha yang beranggapan setelah memperoleh ijazah/sertifikat dan menyandang sabuk hitam (meski baru DAN I) tamatlah sudah ilmu yang dipelajarinya dari beladiri tersebut. Semua sudah didapatkan saat menjadi kohai, sehingga tatkala sabuk hitam melingkar di pinggang yang ada hanya melatih atau mungkin istirahat latihan, karena alasan tadi, ilmu yang dipelajari sudah habis.
Padahal, sabuk hitam adalah awal sebenarnya seseorang berlatih seni beladiri. Tingkat sabuk hitam adalah masa di mana seorang praktisi terus memperbaiki teknik dan keilmuannya, karena saat berstatus kohai adalah masa di mana dasar-dasar teknik dibentuk.
Ilmu beladiri sejati, tak habis oleh tingkatan yang disimbolkan dengan sabuk. Jika kita mau terus berlatih dan berlatih akan merasa bahwa ilmu beladiri itu luas dan banyak sekali, sehingga kita tak boleh berhenti belajar.
Tingkatan DAN dalam sabuk hitam bukan semata hirarki tetapi menandakan kemampuan si penyandang. Seorang DAN II tentunya dari segi penguasaan teknik, pengetahuan dan kematangan jiwa akan lebih bagus dari DAN I. Demikian seterusnya.
Fenomena di tanah air, masih cukup banyak yudansha yang kemampuannya stagnan bahkan cenderung menurun, baik segi teknik maupun fisik terlebih pengetahuan dan wawasan serta kematangan jiwa, akibat pandangan sempit tentang arti sabuk hitam.
Hanya sedikit pemegang sabuk hitam terutama DAN III ke atas yang memiliki kemampuan sesuai dengan tingkatan DAN-nya.
Berbeda dengan di Jepang atau mungkin negara lain macam di Amerika dan Eropa. Lihat saja, para master atau ahli beladiri di sana meski berusia lanjut tapi kemampuan beladirinya masih terjaga, fisik mereka pun tetap prima.
Tentunya karena mereka tak berhenti berlatih selain melatih. Seperti halnya sebilah pisau akan terjaga ketajamannya kalau dirawat dengan baik, bukannya digeletakkan begitu saja atau cuma disarungkan tanpa pernah diasah.
Tak jarang ada yudansha yang hadir
ke tengah publik beladiri saat ada kegiatan semata. Sekedar aktualisasi, aku
seorang sabuk hitam penyandang DAN III atau V. Sementara di dojo tak kelihatan
batang hidungnya. Demikian pula di rumah, sabuk dan seragam beladirinya
bergantung begitu saja di kapstok atau dilipat di lemari.
Di tengah kegiatan, misalnya gashuku atau ujian, yudansha seperti ini biasanya hanya suka pamer diri. Sementara tatkala diminta unjuk teknik, beringsut mundur ke belakang karena sadar diri. Bahkan kadang gashuku dijadikan ajang mengembalikan memori atas lupanya dengan teknik yang pernah dipelajari. Lucu memang. Ada saja yudansha yang mengulang belajar teknik yang sebenarnya 'kurikulum' para kohai.
Di tengah kegiatan, misalnya gashuku atau ujian, yudansha seperti ini biasanya hanya suka pamer diri. Sementara tatkala diminta unjuk teknik, beringsut mundur ke belakang karena sadar diri. Bahkan kadang gashuku dijadikan ajang mengembalikan memori atas lupanya dengan teknik yang pernah dipelajari. Lucu memang. Ada saja yudansha yang mengulang belajar teknik yang sebenarnya 'kurikulum' para kohai.
Sumber : http://martialartist-area.blogspot.sg/2008/10/sorry.html